JAKARTA - Usai dipamerkan di Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo, di Jakarta Convention Centre akhir pekan lalu, PT Mobil Anak Bangsa (MAB) besutan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko yang mendirikan bus listrik punya rencana lanjutan.

"Kami saat ini akan upgrade bus dahulu, kami akan buat semakin nyaman. Saya juga melihat dari beberapa karoseri sudah punya standar bagus, dan akan menggandeng karoseri Gemilang Malaysia karena mereka juga tertarik," ujar Moeldoko, Selasa (6/3).

Tak berhenti sampai di situ, Moeldoko melanjutkan, juga sudah ada rencana untuk membangun pabrik baterai di Indonesia. Bahkan dirinya menyebut realisasinya tidak akan terlalu lama, beberapa perusahaan dari negara lain juga sudah melakukan pendekatan kerjasama.

"Ada dari Korea, China, Shanghai, dan ada juga dari Jepang, sementara dari lokal memang belum ada. Kami juga punya SDM yang punya keahlian di bidang manajemen baterai, nanti kita bisa kolaborasi dengan luar negeri dan terjadi TOT (Transfer of Technology) dan ke depan akan 100 persen,” kata Moeldoko.

Moeldoko tidak menjelaskan secara detail soal langkah investasi pabrik baterai yang akan dilakukannya, dan siapa perusahaan yang kemudian akan menjadi mitranya ke depan.

"Mohon maaf saya tidak bisa menjelaskan. Namun, setidaknya sudah ada kesepakatan dengan partner saya dari luar negeri, yang ingin membangun pabrik baterai di sini, itu poinnya. Ini kemudian akan berkaitan dengan value ekonominya, nanti apa mungkin saya yang akan menyiapkan tanahnya, sementara mereka akan membuat pabriknya sampai dengan pengembangan dan yang lainnya,” ujar Moeldoko.

Karena itu, mendirikan pabrik baterai listrik yang merupakan salah satu komponen utama dari kendaraan listrik dirasa perlu. Meski begitu, Moeldoko menyatakan, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi.

"Untuk membangun pabrik baterai itu kan isunya ada pada masalah limbah, faktor lingkungan. Kalau menurut saya, faktor limbah itu sebenarnya bisa dieliminasi. Caranya dengan standardisasi yang tinggi, dan punya rasa tanggung jawab. Saya tidak ingin seandainya membangun pabrik baterai di indonesia menimbulkan masalah lingkungan. Jadi nanti harus ketat, menjaga tanggung jawab sosial itu penting," papar Moeldoko.

Selain itu, kendala bahan material menjadi masalah lainnya. Logam yang menjadi bahan untuk membuat baterai kini masih sulit didapat. "Kami masih sulit mendapatkan logam. Semoga nanti ke depannya bila sudah berjalan, kami dapat mengembangkan pembuatan logam sendiri, seperti yang sudah kami miliki di Bangka," tambah Moeldoko.

Dirinya menjelaskan, bahwa semua bisnis yang ia tekuni sangat berkaitan dengan sosial, yang seharusnya setiap pelaku bisnis juga miliki. Jadi demikian pula dengan bisnis bus listrik ini.

"Karena semua bisnis saya itu, sangat berkaitan dengan sosial, satu pertanian. Di pertanian, saya itu bukan untuk cari duit tapi bagaimana memikirkan tanah yang tadinya rusak menjadi bagus. Kedua produktivitas yang rendah menjadi tinggi, yang ketiga, itu yang saya tanam adalah organik sehat. Harapan kita, anak-anak kita ke depan, makan-makanan yang sehat. Nah itu value sosial yang saya lakukan," pungkas Moeldoko.

Perkiraan tersebut dirasa Moeldoko kemungkinan besar terjadi. Dengan adanya bantuan kerjasama dari pihak yang sudah ahli di bidang kendaraan listrik, ia memprediksi dalam 5 tahun Maxvel sudah 100 persen kandungan lokalnya bisa tercapai.

"Nanti ke depannya akan 100 persen. Seperti mobil listrik yang saya bangun ini kita dengan pihak Shanghai itu kita mengirimkan tim saya 12 kali ke sana, ada 10-11 ke sini timnya Shanghai ke Indonesia saling mondar-mandir, saling mengisi," tuturnya. ***