JAKARTA - Tranportasi massal berupa bus listrik yang didirikan oleh Jenderal TNI (Purn) Moeldoko melalui PT Mobil Anak Bangsa (MAB) sebentar lagi akan lalu lalang di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

PT Angkasa Pura II (AP II) selaku pengelola Bandara Soetta telah melakukan penandatanganan MoU dengan PT Mobil Anak Bangsa pada hari ini, di ajang Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) 2018 di JCC, Senayan, Jakarta.

AP II akan segera melakukan uji coba bus listrik terbaru buatan PT Mobil Anak Bangsa di Bandara Internasional Soekarno Hatta untuk mengurangi gas buang emisi yang sangat tinggi di lingkungan airside.

Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin menyebutkan MAB Electric Bus dengan lowdeck sangat cocok untuk dioperasikan di dalam kawasan airside bandara besar seperti Soekarno Hatta yang dalam sehari ada 170.000 orang keluar masuk ke dalam kawasan bandara.

"Bus listrik ini untuk melayani pengguna jasa di Bandara Soetta. Kita sudah melakukan MoU dengan MAB. Dalam waktu dekat lagi beroperasinya di tahun 2018 ini. Kita akan uji coba dua unit yang mereka siapkan di lintasan 3 km Bandara Soekarno Hatta. Kita hanya perlu menyiapkan space dan steker listrik sedangkan charging station mereka yang siapkan," ujar Awaluddin, di JCC, Jakarta, Sabtu (3/3/2018).

Ia menyebutkan, bus dengan standar panjang 12 meter dan 39 bangku penumpang itu nantinya bisa di customize ukurannya sesuai dengan kebutuhan penumpang di bandara. Apalagi pesawat tipe 777 atau 330 yang jika tidak menggunakan Garbarata membuat bus berulang kali mengangkut penumpang dan beresiko di area airside.

"Sekarang bus kecil, mengantar 2-3 kali itu riskan berbahaya. Dengan bus ini bisa sekali angkut. Apalagi emisi di airside sangat parah, karena semua jenis traffic mulai dari kargo, orang, pengangkut peralatan. Jadi dengan kehadiran mobil listrik bisa menekan emisi udara maupun darat," tambahnya

Awaludin menambahkan, pengoperasian bus listrik itu berada di kawasan Bandara Soetta. Pengoperasiannya melewati Terminal 1, 2, dan 2 sekaligus terintegrasi dengan Skytrain.

Rencananya, bus listrik tersebut siap diproduksi massal pada pertengahan tahun ini. Untuk harganya, Moeldoko belum bisa mengatakannya secara pasti, tapi tidak akan lebih dari Rp 5 miliar.

"Yang jelas jauh lebih murah dari (bus listrik) di luar. Saya belum bisa pastikan. Tapi antara US$ 300 ribu, enggak sampai Rp 5 miliarlah," kata Moeldoko.

Sementara itu, untuk produksi nantinya akan mencapai 30-40 unit per bulan. Ia juga menargetkan bus listrik ini nantinya bisa menyerap komponen lokal di atas 60 persen.

"Saat ini, prototipe kedua bus listrik MAB sudah memiliki kandungan lokal sebesar 45 persen," terang Moeldoko.

Ditanya apakah tujuan dari dibuatnya bus tersebut, Moeldoko mengatakan, Indonesia saat mengikuti pertemuan di Paris Perancis ke 21 telah berkomitmen mengurangi emsi gas 20 persen. Bus listrik ini adalah salah satu upaya untuk itu.

“Selain itu bus ini membantu Pemerintah dalam membangun komitmen dunia. Selanjutnya efisiensi, karena kedepan itu menurut saya baterai itu adalah masa depan, masa depan ada di baterai, saya mendahului, orang lain berbicara baterai saya berbicara aplikasinya, gitu,” tegasnya.

Untuk langkah selanjutnya, Moeldoko akan mengupgrade bus dulu, bagaimana nanti semakin nyaman. Dari beberapa karoseri sudah punya standar yang bagus ini nanti juga mungkin bisa kerjasama dengan Gemilang yang dari Malaysia yang bodinya sudah menggunakan alumunium.

“Sampai saat ini sudah banyak negara yang bisa bekerjasama mengenai bus ini, seperti berikutnya ada dari Jerman juga begitu, ada beberapa sparepart yang nanti bisa kerjasama dengan kita, dari Korea juga begitu (suplay ke mobil listrik MAB),” paparnya. ***