MEDAN - Tekanan inflasi administered prices (AP) yang tercatat 0,37% (mtm), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya (0,27%, mtm) dan rata-rata historis 5 tahun (0,04%, mtm). Adapun sumber inflasi Administered prices (AP) tersebut berasal dari kenaikan tarif angkutan udara dengan andil sebesar 0,07% terkait dengan liburan akhir tahun dan kenaikan harga bensin khususnya non subsidi akibat peningkatan harga minyak dunia.

“Secara tahunan, inflasi kelompok ini menunjukkan tren penurunan sejalan dengan tidak adanya kebijakan AP yang bersifat strategis,” Arief Budi Santoso, Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Provinsi Sumut, Jumat (2/2/2018).

Di sisi lain, lanjutnya, inflasi inti tercatat sebesar 0,27% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu sebesar 0,04% (mtm). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan inflasi kesehatan yang memberikan andil sebesar 0,05% . Namun demikian, peningkatan inflasi inti tersebut juga mengindikasikan membaiknya permintaan masyarakat sejalan dengan perbaikan ekonomi. Sementara itu, ekspektasi inflasi relatif terjaga di tengah penguatan nilai tukar rupiah.

“Ke depan, tekanan inflasi pada tahun 2018 diperkirakan tetap terjangkar pada sasarannya yaitu 3,5±1%. Namun demikian, kenaikan harga pada kelompok volatile food dan administered price menjadi faktor risiko yang perlu mendapat perhatian ke depan. Berlangsungnya musim penghujan diperkirakan akan berpotensi mempengaruhi pasokan pangan. Selain itu, harga minyak mentah dunia yang terus meningkat juga berpotensi mendorong kenaikan harga BBM,” terang Arief.

Oleh karena itu, tambahnya koordinasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia di pusat maupun di daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara akan terus dilakukan sesuai roadmap jangka pendek dan menengah TPID, dengan fokus pada upaya menjamin pasokan dan distribusi, khususnya berbagai bahan kebutuhan pokok, dan menjaga ekspektasi inflasi.