JAKARTA-Setelah libur Natal, valuasi rupiah diperkirakan bergerak sideways, meski masih terlihat potensi penguatan terbatas.

Kemarin (26/12), di pasar spot, rupiah melemah tipis 0,06% ke level Rp 13.554 per dollar Amerika Serikat (AS). Sedangkan pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat rupiah terkikis 0,09% menjadi Rp 13.558 per dollar AS pada Jumat (22/12).

Research & Analyst Valbury Asia Lukman Leong mengatakan, langkah lembaga pemeringkat Fitch Rating menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan outlook stabil menjadi penopang pergerakan rupiah setelah libur panjang. Apalagi, sentimen eksternal minim karena pasar global masih libur. Volume perdagangan juga berkurang akibat para pelaku pasar sudah mulai berlibur akhir tahun, kata dia, Selasa (26/12).

Di samping itu, agenda reformasi pajak di Negeri Paman Sam sudah tidak lagi dianggap sebagai sentimen yang berpengaruh besar terhadap pergerakan mata uang global oleh para pelaku pasar. Pasalnya, para pelaku pasar sudah bisa mengantisipasi pengesahan undang-undang reformasi pajak AS oleh Presiden Donald Trump. Untuk sementara ini, reformasi pajak lebih berdampak kepada pasar saham lokal AS, imbuh Lukman.

Ekonom Bank Jateng Nandi Wardhana juga berpendapat momen libur Natal justru membuat dollar AS kekurangan tenaga. Memang ada sejumlah data ekonomi baru yang akan dirilis pemerintah AS. Tapi Nandi menilai hal tersebut tidak akan berdampak signifikan pada pergerakan dollar AS hari ini.

Nandi memprediksi nilai tukar rupiah hari ini (27/12) akan bergerak di kisaran Rp 13.500–Rp 13.590 per dollar AS. Sementara itu, menurut perhitungan Lukman, nilai tukar rupiah akan bergerak dengan rentang Rp 13.500–Rp 13.600 per dollar AS.