Tapaktuan-Ribuan mobil penumpang dan barang, mobil pribadi dan motor masih terjebak banjir sejak Kamis hingga Jumat (7-8/12/2017), di Jembatan Ie Mirah, Desa Ladang Rimba, Kecamatan Trumon Tengah, Aceh Selatan.

Selama dua hari dua malam tertahan di lokasi banjir yang merendam badan jalan negara lintasan Tapaktuan - Medan, Sumatera Utara, ratusan masyarakat sudah terancam kelaparan karena stok bahan makanan yang tersedia sudah tidak ada lagi.

"Kami sudah dua hari dua malam sejak Rabu sore tertahan di sini. Saya bersama para penumpang sudah kelaparan karena stok bahan makanan di dalam mobil sudah tidak ada lagi. Di sini juga tidak ada warung yang buka, karena rumah-rumah penduduk juga telah terendam banjir," kata Yayang, salah seorang sopir mobil rental yang menghubungi wartawan di Tapaktuan.

Yayang mengaku membawa penumpang dari Medan tujuan Tapaktuan. Mereka terjebak banjir di Ladang Rimba sejak Rabu (6/12) sore, karena air telah merendam badan jalan setinggi 2 meter lebih, sehingga melumpuhkan transportasi dari arah Medan menuju Tapaktuan, Aceh Selatan maupun sebaliknya.

Dia mengatakan, untuk bertahan hidup, mereka tidak hanya makan roti dan makanan ringan lainnya yang dibawa penumpang, tapi juga menyantap barang-barang kiriman milik masyarakat, baik yang berada didalam mobil penumpang, mobil angkutan barang maupun dalam mobil pribadi.

Dia menyebutkan, selama dua hari dua malam terjebak banjir di lokasi tersebut, telah mengakibatkan antrian kendaraan sepanjang 10 km lebih yang memenuhi kedua sisi badan jalan. Dia memperkirakan antrian kendaraan serupa juga terjadi dari arah Tapaktuan menuju Medan.

"Jumlah kendaraan yang mengantri di kawasan Desa Ladang Rimba, Trumon Tengah ini diperkirakan sudah mencapai ribuan unit. Karena arus transportasi sejak dua hari lalu benar-benar lumpuh total," ujarnya.

Menurutnya, pada Kamis (7/12) malam proses penyeberangan kendaraan menggunakan mobil trado (mobil pengangkut beco) dengan ongkos angkut kendaraan Rp 300.000/unit sempat berlangsung lancar. Namun pengangkutan kendaraan tersebut secara tiba-tiba terhenti pada Jumat (8/12) pagi tanpa diketahui alasan dan penyebabnya.

"Sekarang ini kendaraan yang bisa melintas hanya truck interculer sepuluh roda. Sedangkan kendaraan mini bus empat roda belum bisa karena ketinggian air bisa menenggelamkan kendaraan. Kami tidak tahu kenapa mobil trado yang semalam mengangkut kendaraan melewati banjir tiba-tiba berhenti," kata Yayang.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Selatan, Cut Syazalisma, menyebutkan, 10 desa di Kecamatan Trumon, Trumon Tengah dan Trumon Timur terendam banjir sejak Senin (4/12) akibat meluapnya sungai di kawasan tersebut menyusul tingginya curah hujan.

Di Kecamatan Trumon Timur ada 6 desa terendam banjir, masing-masing Desa Kapa Sesak, Seneubok Pusaka, Titi Poben, Krueng Luas, Pinto Rimba dan Alue Bujok. Di Kecamatan Trumon ada 2 desa masing-masing Ujong Tanoh dan Padang Harapan serta di Kecamatan Trumon Tengah juga ada dua desa masing-masing Lhok Raya, Cot Bayu dan Ladang Rimba.

"Ketinggian air yang merendam rumah-rumah penduduk dan lahan perkebunan milik warga mencapai 2 meter lebih," ungkap Cut Syazalisma.

Menurutnya, beberapa desa di Kecamatan Trumon Timur, Trumon dan Trumon Tengah telah terisolir akibat dikepung banjir. Pihaknya bersama Polres dan Kodim 0107, Sargas SAR, Basarnas Pos Meulaboh serta PMI dan relawan RAPI telah mengevakuasi sebagian warga korban ke lokasi titik-titik pengungsian menggunakan perahu karet (rubber boat).