MEDAN - Pengurus Asosiasi Kota (Askot) PSSI Kota Medan sudah merencanakan sejumlah program kerja yang akan dilaksanakan selama tahun 2018. Salah satunya adalah menggelar kompetisi Liga Sepakbola Kecamatan yang diikuti klub dan Sekolah Sepakbola (SSB) se-Kota Medan. Ketua Askot PSSI Medan, Iswanda Ramli mengatakan, saat ini rencana tersebut sudah dalam tahap finalisasi. Askot juga akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti KONI dan Dispora Medan agar pemutaran Liga Kecamatan dapat segera terealisasi.

"Nanti kita coba finalisasi untuk buat Liga Sepakbola Kecamatan. Konsep sebenarnya sudah ada, tinggal kami rembukan lagi bersama KONI dan Dispora. Saya tegaskan, Askot PSSI Medan untuk kepentingan sepakbola akan terus kami lakukan," kata pria yang akrab disapa Nanda ini, Kamis (7/12/2017).

Dikatakannya, program kerja yang sukses terlaksana di tahun sebelumnya, juga akan dilanjutkan pada tahun depan. Seperti turnamen sepakbola antar klub dan SSB kelompok U-12, U-15 maupun U-17.

Menurut Nanda, dengan banyaknya kompetisi, maka bertambah pula semangat dan motivasi pemain untuk bisa menjadi pemain profesional.

"Program tahun kemarin terus ada, tapi ditambah dengan Liga Sepakbola Kecamatan. Karena kita berharap melalui liga nanti akan terlihat pemain yang benar-benar berpotensi untuk dibina oleh Askot," tambahnya.

Selain pemutaran Liga Sepakbola Kecamatan, Askot juga berupaya membentuk tim sepakbola binaan mulai dari jenjang U-12 , U -15 dan U-17, yang dipersiapkan menghadapi kejuaraan tingkat regional maupun nasional. Pemain juga akan dibina oleh beberapa pelatih sehingga target prestasi ke depan lebih terarah.

"Askot Medan juga akan membina beberapa tim usia dini untuk menghadapi even sepakbola seperti Piala Danone. Pemain yang bagus, nanti kita fasilitasi dengan diasuh oleh pelatih tetap. Harapannya supaya Medan punya pemain hebat yang nantinya menjadi penyuplai bagi PSMS," harapnya.

Liga Kecamatan juga merupakan salah satu upaya menggairahkan kembali animo sepakbola di Kota Medan. Termasuk akan ada jenjang status divisi seperti yang diterapkan di liga profesional. Menurut Nanda, untuk membentuk pemain berkualitas, turnamen usia dini harus terus digalakkan. Karena membina bibit potensial juga membutuhkan waktu yang lama.

"Kalau liga sudah berjalan, otomatis bakal ada jenjang divisi. Misalnya ada tim yang masuk dalam divisi satu, divisi dua. Dengan adanya pembagian divisi, tentu setiap tim ingin menjadi yang terbaik. Otomatis tingkat persaingan akan lebih sengit. Karena tiap pekan pasti ada pertandingan." ucap Nanda.

Ditambahkan Nanda, dengan adanya pemutaran kompetisi liga ini juga diharapkan berdampak pada tersedianya lapangan sepakbola di setiap kecamatan. Meski diakui pria yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Medan ini, tidak semua kecamatan memiliki lapangan sepakbola.

"Maunya dari konsep awal bakal ada sistem home and away seperti liga profesional. Tapi, karena tidak semua kecamatan punya lapangan sepakbola, makanya kita maksimalkan yang ada. Seharusnya pemerintah kota Medan membuat bagaimana setiap kecamatan harus ada satu lapangan sepakbola. Sekarang satu lapangan ada 3 sampai 4 klub yang pakai," harap Nanda.