MEDAN-Sejak Jumat (1/12) lalu, wilayah di Kota Medan, Tebingtinggi, dan beberapa wilayah di Provinsi Aceh dilanda bencana banjir dan tanah longsor.

Berdasarkan data pengamatan curah hujan di beberapa Stasiun Badan Metereologi Klimatoligi dan Geofisika (BMKG) di Medan tercatat curah hujan maksimum terjadi pada tanggal tersebut, di antaranya di Sampali sebesar 135 mm, Medan Tuntungan (65 mm) Simpang Pos Ngumban Surbakti (55 mm) dan Tebingtinggi (62.5 mm).

Kepala Balai Besar MKG Wilayah 1, Edison Kurniawan, mengatakan, mengacu pada analisa pola angin pada 1 Desember 2017 pukul 07.00 WIB menunjukkan bahwa kejadian banjir yang terjadi, lebih disebabkan adanya sel tekanan rendah di atas perairan Aceh sehingga mengakibatkan munculnya belokan angin di wilayah Sumatera Utara, sehingga menyebabkan adanya pertumbuhan awan di wilayah tersebut.

Sedangkan pada pantauan citra satelit Himawari-8 pada 1 Desember 2017 lanjut dia, menunjukkan adanya pertumbuhan konvektif yang semakin meningkat pada siang hari hingga malam hari. Hal ini dapat dideteksi melalui penurunan suhu puncak awan yg mencapai -60 sd -80 oC pada pukul 14.30 sd 23.00 wib.

"Rendahnya suhu puncak awan sangat berpotensi mengakibatkan hujan dengan intensitas lebat," jelasnya.

Sedangkan untuk kondisi Suhu Permukaan Laut di wilayah pantai barat Sumatera dan Selat Malaka relatif cukup hangat berkisar antara 30 sampai dengan 31 oC. Hal ini mengakibatkan potensi penguapan (suplai uap air) di Pantai Barat Sumatera dan Selat Malaka cukup tinggi. Kondisi ini mengakibatkan awan awan hujan berpotensi tumbuh di wilayah pantai timur dan barat Sumatera.

"Terkait dengan kondisi tersebut BMKG Medan juga telah menyampaikan peringatan dini cuaca yg menyebutkan wilayah Sumatera Utara dan Aceh sangat berpotensi utk terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi disertai kliat/petir pada pukul 06.00 sd 20.00 wib," terangnya.

Untuk itu, dalam beberapa hari ke depan tutur Edison, diperkirakan pola cuaca masih berpotensi terjadinya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan, sehingga masih perlu diwaspadai akan terjadinya banjir, tanah longsor dan gelombang tinggi di wilayah kabupaten/kota dan perairan di Provinsi Sumatera Utara. Mengingat dinamika atmosfer dalam beberapa hari ke depan masih cukup aktif, dan berpotensi menimbulkan bencana.

"Diharapkan peringatan dini yang disampaikan oleh BMKG dapat terus diikuti dan dicermati oleh para kepala daerah, bupati dan walikota dengan melalukan koordinasi melalui BPBD setempat," pungkasnya.