MEDAN-Secara pribadi, Ketua DPD Partai Golkar Sumut Ngogesa Sitepu telah membulatkan tekad untuk mundur sebagai bakal calon wakil gubernur yang akan mendampingi Tengku Erry Nuradi di Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) 2018 mendatang.

Mengingat keputusan DPP Partai Golkar telah mendukung dan mengusung paket pasangan calon Tengku Erry Nuradi-Ngogesa Sitepu, maka saat ini posisi pendamping Tengku Erry Nuradi sedang kosong. Kondisi tersebut tentunya harus disikapi dengan bijak dan cepat oleh Partai Golkar, khusunya untuk mencari sosok yang akan menggantikan sosok Ngogesa Sitepu dalam mengarungi kontestasi Pilgubsu 2018 itu, atau mencabut dukungannya dari Tengku Erry Nuradi.  

Demi menjaga kekuatan politik Partai Golkar di Sumut, sosok pengganti Ngogesa Sitepu nantinya harus memiliki nilai tawar yang tinggi, baik untuk politik pusat (nasional) maupun untuk masyarakat akar rumput. Saat ini setidaknya ada sejumlah nama yang sesuai dengan karakter tersebut, antara lain Wagirin Arman (Ketua DPRD Sumut), Irham Buana Nasution (Sekretaris Golkar Sumut) Doli Sinomba Siregar (Wakil Ketua Golkar Sumut/paman tertua menantu Jokowi), Syahrul M. Pasaribu (Bupati Tapanuli Selatan), dan Bahrum Harahap (Bupati Padang Lawas Utara).

"Golkar itu harus melihat kondisi yang lebih besar. Misalnya dalam kaitan kepentingan pusat terhadap Sumut, Golkar harus bisa baca itu. Jadi siapa yang paling mungin bisa komunikasi dengan Istana, Pak Jokowi. Ini penting untuk Golkar sendiri maupun masyarakat Sumut," kata pengamat politik Faisal Riza saat dihubungi oleh RMOLSumut.com, Rabu (15/11) malam. 

"Perhatian Jokowi besar di sini, dalam bulan ini dua kali kemari. Momentum seperti ini harus dilihat oleh Golkar. Figur tersebut akan menjadi bargaining untuk berkomunikasi dengan masyarakat," sambungnya.  

Sosok internal Golkar yang memiliki nilai tawar tinggi untuk berkomunikasi ke Presiden Jokowi, jelas Faisal, ada di Doli Sinomba Siregar. Berstatus sebagai pamannya menantu Jokowi, Bobby Nasution, ia semakin mudah untuk berkomunikasi dengan Istana.  

"Misalnya dalam hubungan kekeluargaan, ada Bang Doli Sinomba Siregar. Itu bisa dianggap punya jalur dukungan Pak Presiden dari jalur keluarga, sebagai besan presiden. Ilustrasinya seperti bagaimana Palembang mendapat keuntungan besar di masa Presiden SBY, karena ada Hatta Rajasa," jelasnya.  

Selain itu, ada juga sosok Sekretaris DPD Partai Golkar Sumut Irham Buana Nasution. Irham dinilai Faisal memiliki pemahaman yang tinggi terhadap setiap potensi yang dimiliki oleh Partai Golkar. 

"Figur kedua, proses pencalonan Ngogesa dari awal yang paling banyak mengikuti itu sekretarisnya. Bagaimana suasana batin Ngogesa, kader-kader golkar, itu kan yang paling mengetahui sekretarisnya, oleh karena itu Bang Irham Buana juga bisa diajukan," ujar Faisal yang juga merupakan akademisi UIN SU itu.  

Faisal juga memandang bahwa Irham Buana Nasution bisa melanjutkan, bahkan bekerja lebih bagus bagi Partai Golkar dalam suksesi Pilgubsu 2018. 

"Bang Irham Buana mengikuti perjalanan figur Ngogesa sejak lama. Ia tentu bisa melanjutkan, mengisi kekosongan, dan bekerja lebih bagus. Dan dia bukan sekedar sekretaris, dia juga mantan ketua KPU, Direktur LBH Medan," paparnya. 

Oleh karena itu, sosok Doli Sinomba Siregar dan Irham Buana Nasution merupakan sosok yang paling strategis untuk ditugaskan Partai Golkar dalam mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Ngogesa Sitepu. 

"Dua sosok ini adalah yang layak jual ke masyarakat, strategis untuk menggantikan posisi Ngogesa. Tentu terlebih dahulu harus diperkenalkan ke masyarakat," tandas Faisal.