ASAHAN - Keributan yang terjadi di lingkup SMK Negeri 2 Sei Renggas Asahan berawal dari ketidakberesan Kepala sekolah dalam mengelola managemen serta tidak dibayarnya lima guru honor selama lima bulan. Keributan ini lantas memuncak dan nyaris terjadi baku hantam antara Kepala Sekolah SMKN 2 Sei Renggas dengan Sapri Moesa Ka.UPT, Kamis (23/11/2017).

Pantauan GoSumut di SMKN 2 Sei Renggas, ribuan siswa siswi SMKN 2 Sei Renggas Asahan enggan memasuki ruang belajar dan mereka menuntut Zulfikar selaku Kepala sekolah SMKN 2 Sei renggas untuk diganti.

Tak hanya itu, siswa juga menuntut adanya perbaikan managemen yang sudah carut marut selama kepemimpinan Zulfikar.

Salah seorang tenaga pendidik di SMKN 2 Sei Renggas, S.Manurung saat dikonfirmasi mengatakan, selama kepemimpinan Zulkifar sekolah ini mengalami kemunduran. Bahkan, tenaga guru honor yang mengabdi di sekolah ini tidak dibayar honornya hingga lima bulan.

S.Manurung juga mengatakan, anak didik di sekolah ini melakukan aksi mogok belajar menuntut kepala sekolah untuk mundur dari jabatannya. Siswa juga menuntut belajar praktik diadakan kembali, sebab sudah hampir setahun siswa tidak melaksanakan praktek sebagaimana lazimnya sekolah kejuruan.

Menurut dia, alasan kepsek bahwa sekolah tidak cukup memiliki biaya untuk praktik, sementara aliran dana BOS sudah diterimanya sebesar Rp1,2 miliar terhitung dari triwulan 1 sampai triwulan 3.

"Siswa dalam melaksanakan belajar praktek terpaksa patungan agar belajar praktek dapat dilaksanakan, dan pada aksi mogok belajar ini juga nyaris terjadi baku hantam antara kepala sekolah ini dengan pak Ka.UPT yang menengahi kemelut di SMKN 2 ini," jelasnya.

Secara terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis ( Ka.UPT) Disdik Propinsi Sumut Sapri Moesa yang didampingi Irawadi sekertaris UPT Disdik Asahan mengatakan, pengelolaan managemen di SMKN 2 Sei Renggas ini sudah amburadul, dana BOS sudah mereka terima dari triwulan 1 hingga triwulan 3 sebesar Rp1,2 miliar dari pagu Rp.1,6 miliar. Namun kepsek tidak dapat melaksanakan belajar pratikum pada siswanya dengan alasan ketiadaan biaya operasional, terlebih lagi adanya lima tenaga guru honor yang tidak dibayar gajinya selama lima bulan.

"Permasalahan yang terjadi di sekolah ini sudah luar biasa, selain itu pimpinan sekolah ini juga terlalu egois dalam menyikapi apa yang terjadi serta pimpinan sekolah disini tidak mau menerima saran dari bawahannya. Kami akan membawa serta melaporkan apa yang terjadi disekolah ini pada pimpinan di Dinas Pendidikan tingkat I Sumut," pungkasnya.