MEDAN-Nama Komjen Pol Budi Waseso (Buwas) mencuat sebagai kandidat kuat sebagai bakal calon Gubernur Sumatera Utara (Gubsu). Bahkan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu disebut sudah mendaftarkan diri ke Dewan Pengurus Pusat (DPP) PDI Perjuangan di Jakarta.

Kabar itu diterima dari anggota politisi PDI Perjuangan Sumut, Wasner Sianturi dan Sutrisno Pangaribuan, Senin (30/10/2017) sekira jam 17.00 wib di ruang Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumut.

Menurut Wasner, kabar itu sudah menyebar di kalangan internal partai.

“Jadi pembahasan juga itu di kami. Yang saya dengar begitu, bahwa Pak Buwas sudah mendaftar ke DPP untuk Pilgubsu 2018. Kan mendaftarnya boleh ke DPW atau langsung ke DPP. Itu sah-sah saja,” kata Wasner.

Wakil rakyat dari daerah pemilihan Tebingtinggi dan Serdangbedagai ini juga mengatakan bahwa Buwas akan berpasangan dengan Sihar Sitorus.

“Katanya pun akan berpasangan dengan Sihar Sitorus. Ini sangat ideal. Hanya pemain narkoba lah sekarang yang ketakutan,” ujarnya.

Pernyataan Wasner ternyata juga didukung Sutrisno Pengaribuan. Menurutnya, kemunculan nama Buwas memang cukup mengejutkan banyak pihak, namun dengan berbagai pertimbangan akhirnya sosok ini adalah yang terbaik.

“Memang belum ada keputusan resmi dari DPP, tapi jika benar maka saya yakin ini adalah pilihan yang sangat baik,” katanya.

Mengenai calon tandem Buwas nantinya, Sihar Sitorus, menurutnya juga adalah keputusan yang sangat baik juga. Apalagi, sosok Sihar cukup dikenal luas oleh masyarakat Sumut di beberapa bidang, termasuk pemuda dan olahraga.

“Saya kira ini adalah pasangan yang ideal. Tapi sungguh pun demikian, kita tunggu pengumuman resmi dari DPP,” katanya.

Sementara itu di tempat terpisah, politisi Partai Golkar, Muchrid Coki Nasution mengaku belum mendengar kabar itu. Namun demikian, dia mengatakan bahwa secara elektabilitas di dunia politik, nama Buwas belum dikenal banyak orang.

“Wah, apa dia (Buwas) dikenal orang di Sumut? Yang tau dia (kepala) BNN juga tidak banyak,” ujarnya via WhatsApp.

Meski tidak yakin, tapi anggota Komisi C ini mengakui bahwa perubahan dalam dunia politik itu adalah hal yang biasa.

“Benar kalau untuk kepentingan politik nasional. Semua ini juga untuk kepentingan politik nasional,” ujarnya.

Pengamat politik Sumatera Utara, Shohibul Anshor mengatakan bahwa dirinya sudah mendengar hal itu dari mantan tim Buwas di Bareskrim Polri dulu, Victor Simanjuntak. Namun secara hukum tidak ada yang bisa menghalangi itu walau secara popularitas cukup.

“Tapi dalam waktu yang amat singkat begini, sulit beroleh eskalasi dukungan rakyat,” ujarnya.

Bahkan, untuk beberapa kalangan elit, kinerja Buwas selama ini dipandang tak merubah peta narkoba, malah semakin meningkat.

“Yang dilakukan Indonesia sekarang persis Nixon saat berkuasa. Tak berani melawan raksasa. Kita tak usah seperti Filipina. Yang saya dengar malah minta BNN jadi kementerian. Ingat, sebelumnya dijanjikan bahwa 2015 Indonesia bebas narkoba. Kita lihat malah makin jadi,” pungkasnya.