MEDAN-Dalam waktu tidak lama lagi, Pemprovsu akan membangun kawasan Medan, Binjai, Deliserdang dan Karo (Mebidangro) dengan sistem insfrastruktur transportasi massal berbasis rel, guna mengantisipasi kemacetan yang terjadi di sejumlah titik di kawasan tersebut.

Dokumen pra studi kelayakan proyek tersebut dipaparkan Ketua Tim Konsorsium dipimpin Kaspan Eka Putra, didukung ahli konstruksi Fachrizal Zulkarnain, ahli tata ruang Bakti Alamsyah, ahli analisis dampak sosial Mohammad Yusri dan ahli properti dan TOD Raflis Tanjung, di Kantor Bappeda Provsu, Medan.

Ketua tim konsorsium Kaspan Eka Putra dalam siaran persnya yang diterima mengatakan, saat ini PT Medan Metropolitan Monorel telah menyusun dokumen pra studi kelayakan pembangunan angkutan umum perkotaan berbasis rel, selaku pemrakarsa KPBU kepada Gubernur Sumatera Utara.

Disebutkan, rencana pembangunan infrastuktur itu juga, telah masuk dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Utara dan Arahan Presiden RI Nomor 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo terkait Mass Rapid Transit (MRT) Mebidang.

"Pembangunan infrastruktur transportasi yang potensial dibuka kesempatan bagi dunia usaha, untuk berinvestasi dalam skema kerja sama pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas dasar prakarsa badan usaha (unsolicited project)," kata Kaspan.

Peluang ini, kata dia, dimanfaatkan konsorsium PT Medan Metropolitan Monorel yang terdiri dari PIKKO Group, PT Wijaya Karya (Persero) (BUMN) dan PT Pembangunan Prasarana Sumatera Utara (BUMD Sumut) dengan mengajukan Letter of Interest (LoI) untuk mengikuti preses tahapan KPBU.

"Beberapa hasil strategis telah disampaikan dalam rapat tersebut, di antaranya potensi pengembangan transportasi umum berbasis rel terkait dengan perkembangan pembangunan fisik kota, di mana Kota Medan sebagai magnet pergerakan bagi wilayah di sekitarnya yang menimbulkan arus pergerakan komuter sebanyak 950.000 per hari," katanya.

Saat ini penggunaan moda oleh komuter tersebut didominasi angkutan pribadi, seperti mobil dan sepeda motor. Wilayah penyumbang komuter terbesar berada di Tanjung Morawa, Percut Sei Tuan, Hamparan Perak, Sunggal dan Pancur Batu.

Pada saat yang bersamaan, kata dia, pergerakan perjalanan dilakukan secara bersamaan pada jam sibuk pagi menuju ke pusat Kota Medan dengan tujuan berbagai aktivitas dan sore hari pergerakan sebaliknya dari pusat Kota Medan menuju wilayah pendukung lainnya, sehingga menambah kapasitas volume lalu lintas pada jalan utama di Kota Medan dan sekitarnya yang berkonsekuensi terhadap semakin parahnya tingkat kemacetan kota Medan dan sekitarnya.

Dia mengatakan, solusi kemacetan harus memindahkan pengguna moda konderaan pribadi ke transportasi umum berbasis rel yang dapat mengangkut sebanyak 450.000 orang per hari di empat koridor yang direncanakan.

Adapun koridor yang direncanakan adalah terdiri 4 phase yang menghubungkan wilayah tersebut, yaitu Phase 1 dimulai dari Tanjung Morawa menuju stasiun Kereta Api Pusat. Phase 2 dimulai dari Cemara menuju Kereta Api Pusat. Phase 3 dimulai dari Marelan menuju Kereta Api Pusat dan Phase 4 dimulai dari Sunggal Deli Serdang menuju Kereta Api Pusat.

Dia mengatakan, konsep kerja sama yang diajukan konsorsium adalah sistem Built-Operate-Transper (BOT) dengan mengajukan masa konsesi sesuai dengan kesepakatan, berdasarkan peraturan yang berlaku.

"Selanjutnya pada saat masa konsesi berakhir, kepemilikan dan pengoperasian dikembalikan kepada pemerintah," katanya.