MEDAN - Pemerintah sedang mewacanakan mengatur penggunaan subsidi gas elpiji 3 kg tepat sasaran. Hal ini dilakukan lantaran pemakaian gas harga murah tersebut turut dinikmati oleh orang mampu.

"Kita mendukung langkah pemerintah untuk subsidi elpiji 3 kg tepat sasaran. Rencana pemerintah, sesuai Permen ESDM No 26/2009, akan memulai melakukan distribusi elpiji tersebut secara tertutup pada Februari 2018," ujar Area Manager Communication and Relations Sumbagut PT Pertamina MOR I, Rudi Ariffianto, Kamis (5/10).

Dia menyebutkan, rencana pemerintah untuk subsidi elpiji tepat sasaran sedang dimatangkan. Sesuai rencananya, nantinya akan menggunakan kartu EDC.

"Jadi, untuk satu kartu per satu rumah tangga miskin mendapat jatah 3 tabung 3 kg per bulan. Kemudian, setiap agen elpiji dan pangkalan juga nanti akan dilengkapi mesin EDC," jelasnya.

Diutarakan dia, rencana penjatahan tersebut tidak bisa diuangkan dan hanya benar-benar diberikan kepada warga miskin. Untuk warga mampu, tetap boleh membeli elpiji 3 kg, namun dengan harga berbeda.

"Warga mampu tetap boleh membeli, tapi mengikuti harga pasar karena memang program itu khusus bagi warga miskin. Bisa dilihat pada tabung 3 kg itu ada tulisan khusus warga miskin. Jadi, itu program pemerintah yang tepat sasaran dan benar-benar miskin yang terima," ucapnya.

Sementara, Sales Executive LPG II Sumbagut Ahmad Yudistira menambahkan, selama ini pengguna elpiji 3 kg dari distribusi di Sumut sebanyak 40 persen itu warga mampu. Artinya, lebih banyak warga mampu dengan daya beli tinggi yang memakainya

"Pertamina telah mendistribusikan elpiji 3 kg di wilayah Sumatera Utara hingga September 2017 berjumlah 255.657 metric ton atau sekitar 85 juta tabung. Jumlah ini telah melebihi 1 persen dari kuota yang ditetapkan hingga bulan September yaitu 254.033 metric ton atau sekitar 84,6 juta tabung," kata Ahmad.

Diungkapkannya, untuk teknis penyaluran program pemerintah, data warga miskin akan disesuaikan dengan data dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Pusat. Data tersebut juga disesuaikan dengan penerima listrik Rumah Tangga Mampu (RTM).

"Coba bayangkan, masyarakat dengan kemampuan ekonominya bisa membeli tiga atau empat tabung 3 kg, sekaligus untuk keperluan di rumahnya seperti water heater, memasak dan lainnya. Sementara, jika yang mampu itu semua beli 3 kg, maka kuota terus berkurang dan alhasil warga benar-benar miskin tidak dapat membeli karena stok habis. Jadi, nantinya hanya yang benar-benar miskin sesuai data TNP2K itu yang menerima elpiji 3 kg," imbuhnya.