MEDAN - Komite SMAN 13 Medan berang. Hal ini dikarenakan mereka disebut-sebut terlibat menebar teror ancaman melalui pesan singkat atau SMS kepada sejumlah guru SMAN 13 Medan. Bahkan, mereka menantang para guru untuk membuktikan tudingan tersebut. Ketua Komite SMAN 13 Medan, Ishak Nasution menyatakan, pihaknya tidak ada terlibat dalam persoalan ancaman teror sms tersebut. Menurutnya, para guru berupaya menjatuhkan reputasi nama baik komite sekolah.

"Mungkin ini mencoba pengalihan. Silahkan saja buktikan kalau memang benar komite terlibat dalam kasus pengancaman lewat sms," ujar Ishak yang dihubungi, Kamis (28/9).

Dia menuturkan, tudingan para guru seperti diibaratkan pesan hoax. Artinya, tanpa ada kebenaran.

"Mereka (guru-guru) seharusnya menghubungi nomor ponsel yang mengirimkan pesan tersebut, jangan asal menduga-duga saja. Kalau seperti itu, mereka mengada-ada. Makanya, cari dan selidiki faktanya," cetus Ishak.

Ia menyebutkan, beberapa guru yang diancam itu memiliki latar belakang masalah di sekolah. Seperti, sebagai penggerak aksi demo di sekolah pada tahun 2016 lalu hingga tidak masuk mengajar. "Di antara dari guru itu orang yang bermasalah," ucapnya.

Ishak menambahkan, sekali lagi ditekankan bahwa komite sekolah tidak ada ikut-ikutan dalam masalah pengancaman lewat sms.

Sebagaimana diketahui, sejumlah guru dan Plh Kepala Sekolah SMA Negeri 13 Medan mendapat ancaman teror akan dibunuh melalui sms. Kuat dugaan, teror tersebut berkaitan dengan proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online.

Dihadapan Kepala Ombudsman RI perwakilan Sumut Abyadi Siregar, seorang guru Palomo Siregar menceritakan, ancaman teror itu didapatnya pada Rabu (20/9) sekira pukul 14.00 WIB.

"Saya dapat SMS yang isinya bernada ancaman pembunuhan dan kotor. Pesan ancaman itu sebanyak tiga kali dari nomor 085760872849. Pertama berisi, dimana kau, mulai saat ini hati-hati urus binik sebelum datang ajalmu ya. Kedua, aku kawanmu juga, gak kau pandang lagi sekelilingmu. Menang kau sekarang. Tapi satu hal keluar anakku, selamat jalan kau dan keluargamu. Ketiga, orang kecil memang begitu. Gang Gedek cukup dekat ya," ujar Palomo warga Jalan Besar Deli Tua Gang Gedek membeberkan isi sms tersebut.

Menurut dia, ancaman teror ini diduga ada kaitannya dengan PPDB online.

"Erat kaitannya dengan PPDB SMA Negeri 13 Medan. Jadi setelah keluar data PPDB, kami ikut melaporkan ke DPRD Sumut. Karena kami mau menegakan peraturan. Lalu saya sering mengkritiki tugas panitia PPDB dan mengkritiki komite dan dana BOS," ucapnya.

Ketika disinggung apakah sejumlah guru itu mengenal peneror tersebut, Palomo Siregar menduga pelakunya ada keterlibatan di dalam penerimaan PPDB online.

"Sangat erat hubungannya, kami tidak tahu orangnya, tapi yang terusik ada panitia dan komite serta orang tua siswa," jawab dia.

Selain dia, sejumlah guru yang mendapatkan teror itu diantaranya Agus Oloan Naibaho, Liana Damayanti Siregar Lerisma Tampubolon, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Yusnar serta Plh Kepala Sekolah Ramzah Ram.

"Kami sudah membuat laporan resmi ancaman itu ke Polrestabes Medan. Setelah dari polisi kami ke Ombudsman. Kami berharap pelakunya segera ditangkap," ucapnya sembari menunjukan surat laporan polisi dihadapan Kepala Ombudsman RI perwakilan Sumut.

Hal yang hampir senada dikatakan guru lainnya. Guru komputer bernama Agus Oloan Naibaho itu juga mendapat ancaman teror dibunuh melalui pesan singkat dari nomor yang sama.

"Siap-siap kau mati ya, gak kau jaga anak dan bini kau. Jaga mereka," cetusnya menirukan pesan yang diterimanya melalui SMS.

Plh Kepala Sekolah Ramzah Ram juga mengaku mendapat ancaman akan dibunuh.

"Iya saya juga mendapat SMS, bersifat dibunuh," kata dia.