MEDAN- Begitu geramnya pakar Otonomi Daerah Prof Ryas Rasyid pada proses pengentasan kemiskinan di Indonesia yang berjalan seperti keong. Hal itu diekspresikannya melalui pernyataan yang vulgar tanpa tedeng aling-aling.

Di antaranya, katanya, sudah berlangsung sejak berpuluh tahun lalu atau bahkan jauh lebih lama, pekerjaan terendah di Indonesia adalah buruh kasar dan buruh tani. Dari dulu-dulu seperti itu, tidak maju-maju.

"Sangat jauh ketinggalan dari Malaysia, di sana itu pekerjaan terendahnya supir taksi. Yang jadi buruh kasar dari Indonesia dan Bangladesh," kata Ryas Rasyid saat tampil sebagai moderator pada workshop tentang pengentasan kemiskinan yang diselenggarakan Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), di Medan, Rabu (20/9/2017).

Gambaran betapa ekstrimnya kemiskinan di Indonesia lebih jauh digambarkan Ryas lewat perbandingan antara praktik pelacuran di Indonesia.

"Pelacur Indonesia berpraktiknya di pinggir-pinggir jalan, yang di hotel-hotel pelacur dari China," kata Guru Besar Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta ini.

Menurut Staf Ahli Bidang Sosial dan Pengentasan Kemiskinan Menteri Bappenas, Rahma Iriyanti, yang tampil sebagai salah seorang pembicara, per Maret 2017, jumlah penduduk miskin di Indonesia naik sekitar 65.000 orang, kendati persentasenya menurun, dari 10,8% menjadi 10,64% dari jumlah total penduduk.

Saat ini jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 27,78juta.

"Saya nggak tahu apakah kita yang bodoh atau bagaimana kok sudah 72 tahun merdeka orang miskin tinggi terus," timpal Ryas.