MEDAN-Tantangan pendidikan terus berubah seiring perubahan zaman. Kepala sekolah dan pengawas dituntut mampu menghadapi perubahan itu.

”Pelatihan yang berkelanjutan merupakan kuncinya. Sekalipun kepala sekolah dan pengawas itu datang dari sekolah terbaik, mereka tidak boleh berhenti dilatih,” terang Koordinator Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Forum Masyarakat Literasi Sumatera Utara (FORMALSU), Erix Hutasoit di Medan.

Erix mengibaratkan kepala sekolah dan pengawas sebagi olahragawan. Ia mengatakan tidak ada olahargawan yang memenangkan pertandingan tanpa berlatih. Persiapan sebelum bertanding akan kunci meraih kemenangan.”Begitu juga dengan kepala sekolah dan pengawas tidak boleh berhenti meningkatkan kapasitas. Karena itu kami apresiasi langkah Kemendikbud yang melatih kepala sekolah dan pengawas terbaik di Indonesia,” tambahnya.

Direktur Dit. Pembinaan Tendik Disdasmen Kemendikbud, Garti Sri Utami mengatakan kepsek dan pengawas SD, SMP, SMA, dan SMK yang berhasil meraih prestasi di tingkat nasional dilatih dengan kemampuan untuk mengembangkan sekolah seutuhnya. Pelatihan ini ditujukan agar peserta memiliki kemampuan analisis dan rencana aksi untuk meningkatkan kapasitas sumber daya sekolah dan mendiseminasikan praktik baik serta keberhasilan sekolah kepada sekolah lainnya. Pelatihan tiga hari ini digelar oleh Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan (Dit. Pembinaan Tendik) Dikdasmen Kemendikbud yang menggandeng Badan Pembangunan Internasional Amerika (USAID) melalui program PRIORITAS.

Garti Sri Utami, lebih lanjut mengatakan, Kemendikbud ingin mendorong dan memfasilitasi para kepala sekolah dan pengawas berprestasi untuk melakukan terobosan dan inovasi dalam mengembangkan sekolah seutuhnya. “Mereka harus mampu menjadi agen perubahan sebagai benchmark di sekolahnya maupun sekolah mitranya sehingga keberhasilan di sekolah dapat terus ditingkatkan dan disebarluaskan,” katanya.

Stuart Weston, Direktur Program USAID PRIORITAS, menjelaskan bahwa USAID PRIORITAS dalam menjalankan programnya menggunakan pendekatan whole school development yang berarti semua unsur sekolah terlibat, seperti guru, kepala sekolah, masyarakat, dan siswa.

“Peserta akan dilatih bagaimana melibatkan semua unsur sekolah dalam mengembangkan praktik-praktik pendidikan yang baik dalam pembelajaran, budaya baca, manajemen sekolah, dan partisipasi masyarakat,” kata Stuart.

Pada pelatihan ini peserta juga difasilitasi untuk mengunjungi sekolah-sekolah berprestasi di Jakarta. Mereka diajak melakukan studi untuk menemukan keberhasilan maupun hal-hal yang perlu ditingkatkan di sekolah dalam mengimlementasikan pembelajaran aktif, budaya baca, manajemen berbasis sekolah, dan keterlibatan peran serta masyarakat dalam mendukung pengembangan sekolah. Ada empat sekolah yang dikunjungi sesuai jenjang tempat tugas peserta, yaitu SDN Gunung 05 Meksiko, SMPN 11, SMAN 3, dan SMKN 30.