PADANG - Impian Nenek Martini (71 tahun) untuk menginjakkan kaki di Tanah Suci kembali buyar. Janji-janji manis penyedia jasa umrah First Travel untuk memberangkatkannya ke Tanah Suci pada Februari 2017 lalu urung dilaksanakan hingga kini. Perempuan renta yang berjualan telur puyuh dari warung ke warung ini bahkan sempat tertekan ketika mendengar pemberitaan di televisi bahwa pemiliki First Travel ditangkap kepolisian.

Pemikiran soal gagal beribadah umrah, ditambah lagi uang Rp 16 juta yang entah bagaimana nasibnya, membuat Martini mengurung diri di rumah. Ia bahkan sempat enggan pergi ke masjid dekat rumahnya sekadar untuk beribadah.

"Pertama lihat TV, saya lemas. Tensi naik 190. Ndak makan, ndak tidur. Kalau dulu rajin ke masjid, saya sempat malu ketemu tetangga. Saya memilih sholat di rumah," ujar Martini menceritakan pengalamannya dalam memakai jasa First Travel di rumahnya di Tabing, Padang, Sumatra Barat, Rabu (23/8).

Martini mengaku, banyak tetangga yang berdatangan mencarinya ketika First Travel ramai diberitakan di televisi. Akhirnya, sejumlah tetangga mendatangi rumah Martini untuk menanyakan kabar dan membujuk ia kembali rajin ke masjid.

"Awalnya, saya yakin sesuai janji mereka akan mengembalikan uang dalam 90 hari kerja. Ternyata sampai sekarang saya rajin ke bank belum turun juga," ujar Martini.

Martini sudah mengeluarkan biaya hingga Rp16 juta untuk berangkat umrah melalui First Travel. Rinciannya, Rp 14,3 juta untuk biaya paket promo umrah yang ditawarkan agen, Rp 500 ribu untuk tambahan biaya administrasi, Rp 100 ribu biaya manasik haji, dan tambahan biaya koper dan tas sebesar Rp 25 ribu. Belum lagi, biaya paspor dan suntik meningitis yang harus dibayarkan Martini sendiri.

Martini menceritakan awal mula ia tergiur paket promo yang ditawarkan First Travel. Ia mengaku sejak lama ingin berangkat ke Tanah Suci. Bahkan, biaya yang digunakan untuk membayar umrah dikumpulkan selama 10 tahun dari tabungan anaknya dan keuntungan yang didapat dari jualan telur puyuh. Martini akhirnya mau bergabung dengan rombongan umrah yang dikoordinir oleh agen dari Bukittinggi.

Namun apa daya, pihak First Travel selalu ada alasan untuk menunda keberangkatan jamaahnya. Martini hanya bisa menuruti apa kata agen. Kecurigaan mulai muncul ketika ia diminta untuk membayar Rp 2,5 juta bila ingin mendapat kepastian berangkat. Namun Martini menolak tawaran itu karena khawatir tetap tak bisa berangkat.

"Dan benar saja, yang sudah tambah Rp 2,5 juta pun ada yang belum bisa berangkat," katanya.

Ingin Tetap Umrah

Meski sempat tertekan karena gagal berangkat umrah, Martini tetap berkeinginan untuk pergi ke Tanah Suci. Ia ingin pihak First Travel segera mengembalikan uangnya sehingga ia bisa beralih ke penyedia jasa umrah lainnya.

Martini mengaku rela untuk membayar biaya umrah yang lebih mahal agar bisa mendapat kepastian berangkat umrah. "Saya bisa pinjam uang ke anak atau tetangga untuk bisa berangkat. Yang penting First Travel ini kembali dulu uangnya," katanya. ***