MEDAN-Laju pertumbuhan ekonomi Sumut di kuartal ke 2 mengalami kenaikan yang cukup signifikan menjadi 5.09%, dibandingkan realisasi kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 4.5%. Demikian dikatakan Pengamat Ekonomi Sumut, Gumawan Benyamin kepada wartawan hari ini.
 
"Ini kabar yang baik ditengah ekspektasi memburuknya kinerja perekonomian Sumut seiring dengan masih melemahnya harga komoditas unggulan di wilayah ini," katanya.
 
Dia menjelaskan meski demikian kalau dilihat pertumbuhan per semesternya, semester I tahun 2017 menunjukan pelemahan di bandingkan dengan semester yang sama tahun lalu. Dimana tahun 2017 ini hanya merealisasikan pertumbuhan sebesar 4.8%, padahal tahun lalu mampu mencapai 5.08%. ini menjadi indikasi yang kuat bahwa daya beli masih bermasalah di Sumut.
 
"Kalau memgacu kepada data ekspor yang membaik. Memang dibantu dengan membaiknya kinerja perekonomian di sejumlah Negara seperti China dan India yang memang mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi di kuartal II tahun ini. Tetapi, dengan ekspor yang mengalami kenaikan tersebut belum diikuti dengan harga yang mumpuni," tegasnya.
 
Dan di tingkat petani, masih mengeluhkan penurunan harga TBS dan karet yang membuat daya beli petani belum membaik. Harga CPO masih di berkutat di bawah RM 2.700 per Ton. Dimana harga di tingkat petani berkisar Rp. 1050 hingga Rp. 1200 per Kg nya. Masih dibawah harga idealnya dilevel Rp. 1.300. Sementara itu karet masih terus berupaya bangkit.
 
"Meskipun masih bertahan dikisaran harga 215 yen per Kg. Belum mampu memperbaiki harga karet di tigkat petani. Dengan harga seperti itu, di tingkat petani harga karet masih di kisaran 4000 hingga 6000 per kg. Selain komoditas, membaiknya kinerja perekonomian Sumut di kuartal kedua juga didorong oleh belanja masyarakat.
 
Dia menegasakn karena bertepatan dengan perayaan Ramadhan sehingga ada likuiditas yang berlebih seiring dengan adanya gaji ke 14 dan THR. Ditambah lagi bertepatan dengan pergantian tahun ajaran baru. Ekspektasi hingga akhir tahun ini, perekonomian Sumut seharusnya mampu diakselerasi lebih baik lagi. Kuncinya ada di akselerasi penyerapan belanja pemerintah.
 
"Kita tidak bisa sepenuhnya bersandar kepada belanja pemerintah pusat dalam pembangunan infrastruktur untuk menggenjot pertumbuhan di atas 5%. Karena selama ini belanja investasi dalam sekala besar tersebut memang menyelamatkan perekonomian Sumut dari potensi pelemahan yang lebih dalam. Akan tetapi, ketergantungan Sumut dengan perubahan ekonomi di sejumlah negara lain membuat akselerasi pertumbuhan ekonomi Sumut kedepan rawan terganggu," paparnya.
 
Sementara itu, dorongan perkembangan industry di wilayah ini juga belum mampu mengandalkan sector manufakturnya. Sejauh ini pembangunan yang dilakukan masih terfokus kepada perbaikan fonasi ekonomi yang kuat dengan mengupayakan ketersediaan infrastruktur yang lebih mumpuni.