JAKARTA - The Islah Centre mengutuk pemboman yang terjadi di terminal Kampung Melayu, Rabu (24 Mei 2017) malam.

Apalagi aksi brutal tersebut dilakukan menjelang kebahagiaan umat Islam dalam menyambut bulan suci ramadhan ( tarhib ramadhan) yang merupakan syahrul shiyam (bulan puasa) dan syahrul qiyam (bulan ibadah).

Hal ini diungkapkan Direktur The Islah Centre, Mujahidin Nur kepada GoNews.co, Kamis (25/5/2017), di Jakarta.

"Tidak ada pesan apa pun yang bisa dibenarkan dari aksi yang dilakukan oleh mereka ( Nurul Salam dan Ahmad Sukri), apa yang mereka lakukan sungguh telah menodai dan merusak kemuliaan bulan Sya'ban, bulan dimana amalan manusia diangkat kehariban Robb Semesta Alam sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Nasai," tukasnya.

Menurutnya, terorisme memang tidak mengenal waktu mulia maupun tempat yang suci. Bagi mereka para pendukung JAD (Jamaah Anshoru Daulah) atau para pendukung Abu Bakar al- Baghdadi, tidak ada bedanya antara Ramadhan maupun bukan Ramadhan, termasuk tidak ada bedanya bagi mereka melakukan tindakan teror dan pemboman di terminal maupun di dalam masjid.

Itu Terbukti, dimana Nair Muslim Hamad (26 tahun), pendukung Islamic State ( negara Islam) ala Abu Bakar Al Baghdadi pernah berpura-pura umroh dan berjiarah ke Masjid Nabawi namun melakukan pemboman di Masjid Nabawi disepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, menjelang umat Islam berbuka puasa bersama di dalam masjid yang disucikan oleh Allah dan rasulNya.

"Demi untuk menjaga kesucian masjid Nabawi dimana jasad mulia Rasulullah disemayamkan, Ummul Mu'minin Sayidah Aisyah pernah menegur seseorang yang sekedar memasang paku tapi menimbulkan suara yang bising karena dikuatirkan mengganggu ketentraman Masjid Nabawi, apalagi teror bom seperti ini," sesalnya.

Mujahidin Nur juga menambahkan, uah brutal para pendukung Islamic State diberbagai penjuru dunia termasuk di Indonesia telah merusak kehormatan manusia dihadapan Allah dan RasulNya dimana darah dan harta mereka dilindungi, sebagaimana pesan Rasulullah dalam pelaksanaan haji wada' ( haji perpisahan).

"Para pendukung Islamic State telah menutup mata dan hatinya dari ajaran Islam yang diantaranya adalah bahwa darah manusia adalah suci dan terjaga tanpa dibedakan apakah mereka adalah muslim atau non muslim, Sunni atau Syiah, Bangsa Arab ataupun orang Indonesia, apapun kewarganeraan mereka, mereka adalah ciptaan Allah," tukasnya lagi.

Dirinya mencontohkan, Nabi Muhammad pernah menjalani hidup diantara puluhan ribu Kaum Kafir dan Kaum Musyrik tapi tidak pernah menghalalkan darah apalagi membunuh mereka.

"Bahkan ketika nabi Muhammad harus berperang untuk mempertahankan diri beliau senantiasa mengingatkan pasukannya, "Dan berperanglah kalian di jalan Allah SWT hanya atas orang-orang yang memerani kalian dan janganlah kalian melampaui batas." Lalu siapakah mereka para pendukung Islamic State ini dan ajaran Islam manakah yang mereka adopsi andai mereka memang benar benar orang Islam? Allahu Alam," pungkasnya. ***