MEDAN-Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi mengatakan bahwa kerukunan umat beragama merupakan faktor penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini.

Karenanya dengan keberagaman yang dimiliki, harus bisa dikelola dengan baik agar keharmonisan yang berlangsung selama ini terjaga dari ancaman gesekan dan konflik sosial. Kenyataannya bahwa unsur keagamaan dijadikan sebagai pemicu serentak sasaran konflik, baik pada tingkat lokal dan nasional maupun internasional.

‘’Tentunya ini memperihatinkan dan mencemaskan bagi masyarakat khususnya Sumatera Utara yang majemuk. Karena itu kita harus menjaga tali persaudaraan, kekeluargaan, kerukunan, perdamaian dan ketentraman serta kebersamaan,” ujar Gubernur saat membuka kegiatan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda)/Konferensi Nasional ke-III Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) se-Indonesia di Gubernuran Jalan Jend Sudirman Medan.

Hadir diantaranya Ketua Asosiasi FKUB se-Indonesia Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, Ketua FKUB Sumut Maratua Simanjuntak, Kakanwil Kemenag Sumut Tohar Bayoangin, para ketua FKUB kabupaten/kota dan provinsi se-Indonesia, Uskup Agung dan perwakilan umat beragama se-Sumut dan Medan serta para SKPD Pemprov Sumut diantaranya Kadis Perhubungan Anthony Siahaan, Kepala BP2RD Sarmadan Hasibuan, Kepala BPSDM Bonar Sirait, Kepala Badan PMD Aspan Sopian dan Asisten Ekbang Ibnu Hutomo.

Dikatakan Gubernur, dengan tantangan tersebut, FKUB telah memberikan sumbangan besar kepada pembangunan karakter bangsa, sebagai wadah bagi umat beragama. Sebab sebagai penganut agama, tentu harus ada keyakinan terhadap ajaran agama sendiri. Tetapi di saat yang sama pula, seseorang harus menghargai dan menghormati penganut agama lain. Agar masyarakat tidak terjerumus ke jurang pertentangan antar umat beragama.

“Alhamdulillah, Sumatera Utara itu memiliki keberagaman agama dan suku bangsa. Sebagai negeri berbilang kaum, tentu kerukunan dan keharmonisan kehidupan masyarakatnya menjadi kebutuhan sekaligus tantangan bagi seluruh pihak untuk bisa mempertahankannya,” sebutnya.

Dicontohkan Gubernur bahwa di Sumut khususnya Kota Medan sebagai ibuota provinsi, mencerminkan keberagaman yang ada. Diantaranya bangunan Masjid, Gereja dan Kuil berukuran besar berdiri megah tanpa ada persoalan yang berarti. Sehingga dirinya berharap, daerah multi etnis ini bisa dijadikan sebagai contoh kerukuann umat beragama.

Sementara Ketua Asosiasi FKUB se-Indonesia Ida Pangelingsir dalam sambutannya mengatakan bahwa pihaknya menginginkan agar kerukunan menjadi kebutuhan bagi seluruh warga masyarakat. Sebab banyak kepala daerah yang belum paham makna kerukunan di Indonesia. Karenanya ia meminta Gubernur Sumut HT Erry Nuradi melanjutkan rasa dan sikap cinta kasih kepada para tokoh khususnya FKUB.

“Dan saya melihat khususnya di Sumut, ternyata bahwa kerukunan di sini seperti sebuah kebutuhan bersama. Karena itu provinsi ini merupakan daerah yang spesial bagi saya, semuanya baik. Apalagi kan tanah air saya juga, Indonesia,” katanya.

Dikatakannya bahwa di era globaliasai, persaingan bebas dunia, bukan hanya di bidang ekonomi saja, tetapi juga hegemoni. Terkadang kegaduhan yang terjadi beberapa waktu belakangan, dimanfaatkan oleh kekuatan asing yang sangat mengkhawatirkan. Apalagi tanpa kerukunan, cita-cita pembangunan bangsa akan sulit tercapai.

“Masalah kerukunan antar agama dan suku bangsa sangat sensitif. Ini susah disembukan. Jadi jangan mainkan isu agama untuk kepentingan ekonomi apalagi kekuasaan. Biarkanlah agama ini hidup rukun dan membumi di Indonesia, inilah tantangan kita semua,” sebutnya.

Sementara kegiatan Rakorda dan Konfernas III FKUB se-Indonesia berlangsung di Asrama Haji Medan selama tiga hari dari Minggu-Selasa (21-23/05/2017). Sebelumnya pihak Kementerian Dalam Negeri juga menghadiri kegiatan sejak awal (pra pembukaan). Selanjutnya Gubernur Sumut membuka acara dintandai pemukulan gong disusul penyerahan cinderamata dari FKUB.