MEDAN-Berkurangnya permukaan air Danau Toba dan adanya ramalan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan bahwa akan terjadi musim kemarau pada bulan Mei hingga Juni, pengelola air permukaan Danau Toba, Perum Jasa Tirta I (PHT I) mengambil langkah untuk melakukan modifikasi cuaca di daerah tangkapan air Danau Toba.

PJT I mengutarakan bahwa kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan membuat hujan dapat menjadi solusi atas permasalahan berkurangnya permukaan air Danau Toba, dan juga adanya musim kemarau yang tentunya nanti akan semakin membuat air di Danau Toba berkurang.

Untuk mewujudkan penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) PJT I melakukan kerjasama dengan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT). Penandatangan kontrak kerjasama ini dilakukan di Kantor Perum Jasa Tirta I WS Toba Asahan, Jalan Kapten Pattimura, No 125, Jumat (19/5/2017).

Kontrak kerjasama ini ditandatangani oleh Direkur Utama Perum Jasa Tirta I, Raymod Valiant Rurutan dan Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Tri Handoko Seto. Disaksikan oleh Direktur I Perum Jasa Tirta I, Alfan Rianto, Ketua Otoritas Asahan, Efendi Sirait, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Unggul Priyanto, Kepala BWS Sumatera II, Baru Panjaitan.

Direktur Utama Perum Jasa Tirta I, Raymod Valiant Rurutan menyampaikan penerapan teknologi modifikasi cuaca ini perlu dilakukan untuk mempertahankan peranan Sungai Asahan yang besar di Wilayah Toba Asahan, mengingat perannya atas kebutuhan sehari-hari, irigasi pertanian rakyat seluas 36.162 hektar, pembangkitan energi listrik 7,2 M kwh/Tahun dan kegiatan pariwisata.

"Perlu, karena Danau Toba ini memiliki banyak manfaat. Kegiatan ini dapat meningkatkan elevasi Danau Toba sebagai daerah tangkapan hujan untuk menjaga ketahanan pangan dan energi sebagai salah satu upaya menghadapi fenomena kemarau panjang tahun ini (fenomena el nino)," katanya.