MEDAN-Pemko Medan sangat berkomitmen dalam pembangunan transportasi massal apapun modanya. Sebab, transportasi massal adalah salah satu solusi dari upaya mengurai kemacetan yang ada di Kota Medan akibat terus bertambahnya jumlah kendaraan bermotor.

Demikian disampaikan Wakil Wali Kota Medan, Ir. Akhyar Nasution MSi ketika menghadiri Indonesia Infrastructure Roundtable XVI bertema “Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Kota Medan dan Mitigasinya” di Hotel Grandika Jalan dr. Mansyur Medan.

“Kita Harus berfikir bagaimana mewujudkan transportasi massal yang dapat mengurangi kemacetan akibat semakin banyaknya arus kendaraan bermotor di kota ini. Jangan bermimpi untuk membangun jalan lebar tetapi kita harus mengubah mindset dengan menyediakan transportasi massal,” kata Wakil Wali Kota.

Selain itu yang lebih penting lagi, ungkap Akhyar, bagaimana bisa menggiring masyarakat untuk beralih menggunakan Light Rail Transit (LRT) yang akan kita operasikan di Kota Medan.

Menurut Akhyar, menghadirkan LRT bukan karena gagah-gagahan melainkan sebuah kebutuhan. Untuk itu semua harus berada dalam harmoni yang sama, karena semua bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi namun terintegritas satu dengan yang lainnya.

Untuk itulah, tegas Akhyar, Pemko Medan siap menjadi komandan tempur karena secara kewilayahan dan sosial kemasyarakatannya Pemko Medan dekat dengan masyarakatnya. Karenanya semua harus saling berintegrasi dan berkomunikasi.

“Kita jangan jalan sendiri-sendiri demi kelancaran pembangunan LRT di Kota Medan yang kita cintai ini. Apalagi dalam pertemuan ini banyak sekali mendapat masukan sehingga memperkaya kita semua agar tidak salah langkah,” ungkapnya.

Dikatakan, Akhyar, Pemko Medan beserta seluruh jajarannya sudah sangat mendambakan agar LRT ini dapat segera diwujudkan di Kota Medan. Sebab, keberadaan LRT adalah kebutuhan dan bukan proyek mercusuar. Dia berharap proyek pembangunan LRT ini terlalu lama mengingat berdasarkan kajian yang telah dilakukan, tahun 2024 Kota Medan diprediksi mengalami stagnasi kemacetan.

“Kalau bisa tahun 2020 proyek LRT ini sudah running karena jika menunggu hingga tahun 2023, Kota Medan akan mengalami stagnasi lalu lintas pada tahun 2024 berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan,” harapnya.

Sebelumnya, Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Dr. Runtung Sitepu, MHum selaku penyelenggara acara bersama PT Pejamin Infrastruktur Indonesia (PII mengatakan, hasil diskusi yang diselenggarakan ini dapat menjadi kajian awal dalam pelaksanaan pembangunan serta pengoperasian LRT ke depannya. Karena melalui diskusi ini dapat dilihat atau dikaji dari beberapa bidang ilmu baik dampak dan mitigasinya.

“Mari kita menyimak dan berperan aktif di dalam diskusi ini, sehingga nanti pandangan-pandangan yang disampaikan oleh para narasumber ini dapat menjadi pemancing semangat kita dalam menggerakkan ide dan pemikiran untuk mencapai sebuah kesimpulan yang bermanfaat, khususnya pengembangan LRT diKota Medan,” harap Runtung.

Sementara itu menurut Kadis Perhubungan Kota Medan, Renward Parapat ATD MT, LRT yang akan dibangun nanti diharapkan akan terintegrasi dengan Bus Rapit Transportation (BRT) maupun dengan commuter line dari PT KAI serta angkutan kota yang sudah ada. “Semoga kehadiran LRT ini nantinya dapat mengurai kemacetan di Kota Medan,” ujar Renward.

Seminar Indonesia Infrastructure Roundtable XVI dihadiri 44 orang peserta yang berasal dari para akademisi, Organda, Bappeda Kabupaten/Kota, Bappeda Provinsi Sumut, Bank Mandiri, Bank BNI, Dinas Perhubungan Kota Medan maupun dinas terkait lainnya.

Dalam seminar tersebut dihadirkan sejumlah nara sumber diantaranya Prof. Dr. Badaruddin,MSi (Tim Ahli Bidang Sosial), Dr. OK. Saidin, SH, MH (Tim Ahli Bidang Hukum), Medis Sejahtera Surbakti, ST, MT, PhD (Tim Ahli Bidang Transportasi), Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME (Tim Ahli Bidang Ekonomi) dan Beny O.Y. Marpaung, ST, MT, PhD (Tim Ahli Bidang Tata Kota).