JAKARTA - Prinsip pemuda asal Padang Panjang, yang mendadak viral setelah foto-fotonya sedang bedagang sate menyebar di dunia maya, meski sudah sukses tak akan melupakan kampung halamannya.

Prinsipnya ini juga dipuji para netizen. Ibarat pepatah Minang "Alam Takambang Jadi Guru, Nan Kampuang Halaman Tetap Dibao Baguru".

Pada intinya, Rio terus belajar dimana saja, dirinya tetap berusaha meski tidak harus di kampung halamannya sendiri. Kesuksesnya di Swiss, bukan berarti lupa akan tempat kelahiranya.

Apalagi si Rio di luar negeri sukses bukan karena dia seorang selebritis, tapi karena memperkenalkan kekayaan kuliner Indonesia, khususnya khas Sumatera Barat, yakni Sate Padang.

Sudah bukan rahasia lagi jika Indonesia terkenal dengan kulinernya yang beragam. Banyak makanan khas Tanah Air yang menjadi primadona di luar negeri meski harganya jauh lebih mahal ketimbang di sini.

Walaupun begitu makanan Indonesia tetap diburu oleh penikmat kuliner mancanegara. Rio adalah salah seorang warga asal Sumatera Barat telah mengenalkan sate di Swiss setelah jenuh menjadi bankir di negara tersebut.

Pria berumur 34 tahun asal Padang Panjang yang berjualan sate di Swiss, bermodalkan gerobak bersihnya, dia mendemonstarikan sate di Zurich atau disebut 'Little Big City of Switzerland'. 

Alasannya menjadi penjual karena bosan dengan menjadi pegawai bank. Namun Rio telah merencanakan bertahun-tahun sebelum melakukan eksekusi menjadi penjual sate. Awalnya, Rio melakukan crwod funding dengan menggunggah video di internet. Dalam video tersebut dijelaskan akan proyek menjual sate ini untuk menarik pemberi modal. Akhirnya modal pun terkumpul Rp150 juta.  

"(Modal) saya gunakan untuk beli gerobak dan keperluan lainnya," ujar Rio dikutip dari Goodnewsfromindonesia.id/Adli Hazmi, Selasa 2 Mei 2017.

Rio telah menjual sate dari pintu ke pintu. Perlahan usahanya terus berkembang. Meski belum membuka restoran karena mahalnya modal, Rio hanya meminjam beranda restoran Asia Tish.

Kisah Rio pun ternyata menarik salah satu surat kabar terkenal di Swiss, Neuer Zurcher Zeitung (NZZ). Meski sudah sukses di negeri orang, Rio tidak melupakan tanah kelahirannya. Setiap penjualan satenya, dia sisihkan satu frank Swiss untuk membantu pelestarian alam Sumatera.

Rio dikenal sebagai anak yang cerdas karena beberapa kali loncat kelas. Sang ibu, Rosmidar menikah lagi dengan warga Swiss keturunan Tibet dan membawa Rio ke Swiss setelah dua tahun Rosmidar tinggal di sana. ***