MEDAN-Harga karet alam di pasar internasional terus berfluktuasi dengan kecenderungan menurun sejak Maret lalu. Seretnya Harga karet tersebut dipicu oleh lemahnya Harga minyak mentah dunia.

Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah mengungkapkan, pada awal tahun, khususnya Januari hingga Februari, harga karet sempat menembus level US$ 2,4 per kilogram (kg), namun kini seret ke level US$ 1,56 per kg.

"Penurunan harga karet ini mulai terjadi sejak Maret dan masih berlangsung hingga saat ini," katanyadi Medan.

Adapun pergerakan harga karet tersebut mulai mendekati level terendah yang terjadi dalam kurun waktu 2014 hingga pertengahan 2016. Di mana saat itu, harga karet tak mampu menembus angka US$ 1,5 per kg. Akibatnya, pengusaha mengalami kerugian. Begitu juga dengan petani yang mulai tak bersemangat menderes karet.

Menurut Edy, jika keadaan seperti ini terus berlangsung, ada kemungkinan petani kembali menyetop menderes getah karet dan berimbas pada penurunan produksi. Penurunan produksi tersebut tentu berimplikasi pada penurunan produksi crumb rubber oleh perusahaan sehingga akan memengaruhi kinerja ekspor.

Padahal, kata dia, karet merupakan salah satu komoditas unggulan Sumut dalam mendongkrak perolehan devisa dari pasar ekspor. Dalam tiga bulan pertama ini, kontribusi ekspor karet dan barang dari karet terhadap nilai total ekspor Sumut mencapai lebih dari 14%, selain CPO yang di atas 20%.

Adapun harga getah karet di tingkat petani saat ini menurut Edy, hanya mampu bermain di kisaran Rp 7.000 hingga Rp 9.000 per kg, turun dari sebelumnya yang menembus angka Rp 11.000 per kg. Keadaan seperti ini dikhawatirkan berpengaruh terhadap produksi dan daya beli masyarakat.