MEDAN -Indeks nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) Sumatera Utara (Sumut) pada Februari 2017, turun berkisar 0,98% menjadi 107,51 dari bulan Januari sebesar 108,57. Penurunan NTUP ini dipicu oleh rendahnya serapan pasar terhadap barang yang diproduksi usaha rumah tangga pertanian.

Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, penurunan NTUP sebesar 0,98% disebabkan oleh turunnya NTUP pada subsektor unggulan yakni tanaman pangan dan hortikultura.

"Subsektor tanaman pangan turun sebesar 2,65 persen dari 104,70 di Januari 2017 menjadi 101,93. Sementara subsektor hortikultura turun 2,7 persen menjadi 104,35 dari sebelumnya 107,25.

Dua subsektor ini memang sangat mempengaruhi capaian NTUP Sumut," kata Kabid Statistik Distribusi BPS Sumut Bismark Saor Pardamean Sitinjak di Medan.

Indeks NTUP kata dia, adalah perbandingan antara biaya produksi petani dengan pendapatan yang dihasilkan dengan menjual barang produksinya.

Jika mengacu kepada besaran angkanya di Februari 2017, maka pendapatan petani dari menjual barang-barangnya lebih rendah dari biaya produksinya. Namun karena masih di atas 100, maka indikasinya bisa dikatakan tidak buruk.

Sementara itu, kinerja subsektor lainnya mencatatkan kinerja baik dan memberikan kontribusi besar sehingga NTUP bisa tetap di atas 100.

Yakni, subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik 0,03% dari 106,90 menjadi 106,93. Kemudian subsektor peternakan naik 0,59% dari 118,35 menjadi 119,05.

Pada Februari, kata Saor, subsektor perikanan tangkap juga naik 0,12% dari 116,29 menjadi 116,43 dan perikanan budidaya naik 0,39% dari 99,80 menjadi 100,19. Kenaikan ini membuat NTUP subsektor perikanan secara keseluruhan naik 0,25% dari 107,94 menjadi 108,21.