MEDAN - Penurunan harga hasil produksi pertanian pada Februari 2017, mengakibatkan tingkat kemampuan atau daya beli petani Sumatera Utara (Sumut) merosot. Pasalnya, penurunan harga hasil produksi lebih rendah dibandingkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, pada Februari 2017, daya beli petani Sumut yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat sebesar 99,8 atau turun 0,52% dibandingkan Januari 2017 sebesar 100,33.

Penurunan disebabkan turunnya NTP pada subsektor tanaman pangan (padi dan palawija) sebesar 2,01% dari 96,88 menjadi 94,94.

"Penurunan NTP juga disumbang oleh subsektor hortikultura. Terjadi penurunan sebesar 2,61 persen dari 97,55 menjadi 95,01 di bulan Februari," kata Kabid Statistik Distribusi BPS Sumut Bismark Saor Pardamean Sitinjak di Medan.

Sementara itu, NTP subsektor lainnya yakni NTP tanaman perkebunan rakyat naik 0,73% dari 98,49 menjadi 99,20 dan peternakan naik 0,64% dari 110,62 menjadi 111,33. Lalu NTP subsektor perikanan naik sekira 0,38% dari 102,72 menjadi 103,11.

Bismark menjelaskan, NTP merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Hal ini merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan.

NTP juga menunjukkan daya tukar produk pertanian dengan barang/jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Karena itu, semakin tinggi NTP, relatif semakin kuat pula kemampuan atau daya beli petani, dan sebaliknya. "Artinya semakin rendah nilai NTP, maka daya beli petani juga semakin rendah," katanya.

Bismark melanjutkan, perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi perdesaan. Pada Februari 2017, terjadi deflasi perdesaan di Sumut sebesar 0,18%. Hal itu disebabkan penurunan indeks pada tiga kelompok konsumsi rumah tangga yaitu indeks kelompok bahan makanan sebesar 0,85%, indeks kelompok sandang sebesar 0,03% dan indeks kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,26%.