JAKARTA - Islam sudah menancapkan pengaruhnya di Italia, khususnya di Sisilia, sejak abad 7-8 M.

Dikutip dari republika.co.id, ekspedisi militer Muslim mencapai kawasan Mediterania ketika masa kekhalifahan Ustman bin Affan atau 20 tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW. Ketika itu, Gubernur Syria, Muawiyah, mengirimkan armada lautnya ke wilayah timur. Kekuatan ini berhadapan dengan tentara Byzantium.

Sisilia merupakan salah satu provinsi Byzantium dan memiliki letak yang strategis di Laut Mediterania. Dari sini, tentara Byzantium bisa dengan mudah menyerang kota-kota pelabuhan Muslim di sepanjang pantai Afrika Timur.

Selama beberapa tahun, pasukan Muslim berusaha menduduki Sisilia, namun baru di tahun 827 berhasil mencapai Mazara dan kawasan barat kepulauan itu.

Panglima perang pasukan Muslim adalah Asad ibn al-Furat. Yang menarik, ia tidak pernah mengangkat pedang seumur hidupnya. Dia adalah seorang kadi (hakim) dan ilmuwan yang berasal dari Kairouan. Meski begitu, Asad merupakan motivator yang ulung.

Berbeda dengan Spanyol yang mudah dikalahkan, penaklukkan Sisilia--sejak kejatuhan Mazara--membutuhkan waktu hingga 75 tahun. Akan tetapi, arus imigrasi warga Muslim tetap berlangsung selama waktu itu.

Di bawah kekuasaan umat Muslim, Sisilia pun kembali menjadi kawasan yang berpengaruh di dunia, seperti ketika zaman Romawi. Pada masa itu, sektor pertanian meningkat pesat.

Saat Byzantium masih berkuasa, pertanian hanya berfokus pada tanaman gandum. Kondisi itu berubah drastis dengan warga Muslim memperkenalkan banyak jenis tanaman pertanian, seperti kapas, buah-buahan, kacang, tebu, dan sebagainya.

Insinyur Muslim pun membangun sejumlah saluran irigasi. Beragam teknik baru di bidang pertanian juga diterapkan, yang pada akhirnya membawa kemakmuran dalam aspek ekonomi dan sosial.***