MEDAN - Kunjungan Raja Salman ke Indonesia tentunya memiliki banyak manfaat besar bagi perekonomian nasional. Dan yang pasti Indonesia harus bisa memanfaatkan kedatangan Raja Salman tersebut untuk perluasan kerja sama yang saling menguntungkan bagi kedua belah Negara. Demikian dikatakan Pengamat Ekonomi Sumut, Gumawan Benyamin kepada wartawan hari ini.

“Selain investasi, salah satu agenda yang banyak dibicarakan di media adalah terkait dengan rencana IPO perusahaan minyak raksasa milik Arab Saudi Aramco,” paparnya.

Dia menilai kalaulah agenda tersebut merupakan bagian dari kunjungan Raja Salman ke sejumlah Negara di Asia termasuk Indonesia. Maka hal tersebut sesuatu yang sangat wajar sekali. Karena kita pun juga demikian, dimana kita sering melakukan road show ke sejumlah Negara jika ada perusahaan kita yang berencana melakukan IPO (Initial Public Offering). Hal ini dimaksud untuk menjaring nasabah-nasabah potensial yang nantinya mau berinvestasi (membeli) saham Aramco tersebut.

“Terlebih Asia saat ini memang tengah naik daun. Dimana laju pertumbuhan masyarakat kelas menengah tumbuh signifikan di benua ini, ditengah perlambatan laju pertumbuhan ekonomi dunia. Dan apa yang dilakukan oleh Raja Salman tersebut memang sudah tepat. Terlebih ditengah tekanan harga komoditas belakangan ini yang bisa saja membuat daya Tarik IPO Aramco memudar,” ungkapnya.

Dia menegaskan belakangan, sejak bulan November, harga minyak dunia memang mengalami kenaikan. Namun cenderung stabil saat ini dikisaran 50 hingga $55 per barel. Dan sebelumnya harga minyak mentah dunia anjlok hingga di bawah $30 per barel. Anjloknya harga minyak tersebut membuat Arab Saudi melepas sebagian subsidi untuk rakyatnya. Salah satunya adalah harga BBM.

“Kebijakan melakukan pembatasan output di sejumlah Negara OPEC menjadi pemicu mulai pulihnya harga minyak mentah dunia. Hanya saja pemulihan tersebut dipandang sebagai pemulihan terbatas dan sulit mengharapkan harga minyak mentah dunia naik dikisaran $80 hingga $100 per barel. Alhasil, untuk menutupi kemungkinan defisit anggaran yang lebih besar, maka wajar sekali bila sebagian saham Aramco dilepas,” tegasnya.

Jadi yang namanya bisnis itu seperti ini. Artinya ada kerjasama yang saling menguntungkan dari kedua belah pihak. Indonesia memanfaatkan kedatangan Raja Arab Saudi untuk menggarap potensi bisnis yang bisa ditawarkan. Dan tentunya Arab Saudi juga demikian, melihat potensi apa yang bisa digarap di Indonesia untuk mendapatkan keuntungan.

“Jadi kunjungan seperti ini bukan seperti bagi-bagi uang Cuma-Cuma. Saya pikir konyol kalau kita mempersepsikan bahwa kunjungan kenegaraan ini merupakan kebijakan bagi-bagi duit Raja Salman ke Indonesia secara cuma-cuma. Ini sesuatu yang mustahil dalam bentuk kerja sama bisnis. Karena bentuknya kerjasama yang saling menguntungkan ya itu baru kerjasama bisnis. Kalau satu sisi hanya memberi tanpa mengharapkan imbalan itu namanya hibah,” tambahnya.