Hoax adalah sebuah pemberitaan palsu yang berusaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya agar mempercayai sesuatu. Padahal, sang pencipta berita tersebut tahu bahwa berita tersebut palsu.

Berangkat dari hal tersebut, GoSumut berkesempatan mewawancarai langsung akademisi sosial politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Shohibul Anshor Siregar untuk mengetahui sejauhmana tanggapannya seputar fenomena hoax tersebut. Berikut petikan wawancaranya;


Sejak kapan tren hoax dimulai?

Hoax itu seusia komunitas masyarakat manusia. Hanya saja ada perbedaan pemaknaan dan istilah dari satu ke lain waktu di dalam masyarakat yang sama atau berbeda. Di dalam Alquran misalnya dimintakan check and richeck atas informasi untuk menghindari masalah. Musailamah Al-Kazzab adalah seorang yang mendeklarasikan diri sebagai nabi dan pembawa wahyu dan mengajarkan ayat buatan sendiri (hoax).

-Apakah defenisi hoax menurut anda?

Hoax adalah kemasan informasi penyesatan yang didisain untuk tujuan mengecoh lawan atau untuk beroleh keuntungan tidak sah tertentu.

-Apakah berita hoax dimanfaatkan pemerintah sebagai bentuk pembatas dunia pers? atau senjata pelindung bagi segelintir orang atau penguasa?

Pers itu tidak mudah dimanfaatkan untuk kepentingan buruk kecuali memang pemilik dan pengelolanya orang tidak berintegritas. Jadi sehebat apa pun kekuatan di luar mengendalikannya tidak begitu mudah memperalat jika ada integritas.

-Bagaimana mengantisipasi hoax yang saat ini seperti virus yang mematikan bagi insan pers saat ini?

Biasa saja. Tingkatkan rasionalitas. Perkuat update data dan informasi akurat. Cari akses ke berbagai sumber untuk membanding kesahihan sebuah informasi.

-Sejauhmana korelasi terhadap hoax bagi perkembangan pers terutama bagi pemberitaan politik saat ini?

Pers beridentitas hoax juga merasa nyaman dan bekerja untuk itu. Mau diapakan?

-Jika dikorelasikan dengan kaidah jurnalistik sendiri apakah hoax ini bagian dari kegiatan jurnalitik?

Sama seperti hidup, akan bertemu dengan banyak debu. Kebudayaan manusia mengenal mandi agar debu bisa dibersihkan.

-Lembaga pers harus bagaimana menghadapi hoax itu sendiri?

Jujur dan ilmiah

-Apakah hoax bertentangan dengan UU pers?

Jangan-jangan UU juga mengandung dimensi yang mendorong semangat penyuburan hoax. Periksalah dengan teliti.

-Bagaimana menanggapi hoax dari kacamata sosial politik, sejauhmana hoax mempengaruhinya?

Demokrasi sebetulnya bisa mengeliminasi hoax. Nalar, kejujuran dan keterbukaan serta akses bisa diandalkan. Tapi negara seperti Indonesia tidak suka demokrasi luhur.

-Apa harapan dan solusi terhadap isu hoax ini?

Wellcome to the hoax world. Jangan panik. Banyak beribadah dan pengajian. Saya suka film. Kerap saya temukan hoax yang dikemas dalam skenario misalnya tentang teroris yang memojokkan Islam. Peran-peran yang mereka beri kepada musuh-musuh mereka (Islam) menggambarkan selain kebodohan juga kesesatan. Istilah "jihad" banyak sekali mereka sesatkan.