KUALA LUMPUR - Malaysia menjadi salah satu negara tujuan warga Rohingya untuk menyelamatkan dirinya dari genosida (pemusnahan etnis) yang terjadi di Myanmar.

Menurut data statistik PBB, saat ini terdapat 56 ribu warga Rohingya tinggal di Malaysia. Meskipun kelompok migran menyebut, jumlahnya sebenarnya lebih tinggi dari yang didokumentasikan.

Kebanyakan suku Rohingya yang tinggal di Malaysia tak terdokumentasi. Mereka tinggal di pinggiran Kota Kuala Lumpur dalam keadaan miskin. Ironisnya, di balik kemiskinan itu terdapat cerita tentang penjualan wanita Rohingya.

Seorang pria Rohingya Belal Hossain Shamia (32 tahun) mengatakan, sejumlah keluarga Rohingya juga menilai pernikahan merupakan cara untuk mengurangi beban ekonomi keluarga. Sebab mereka tak perlu memberi makan anak gadisnya lagi. Adik perempuannya juga menikah saat masih anak-anak.

Seorang mantan penyelundup manusia yang juga suku Rohingya, Ali mengatakan, memang permintaan terhadap gadis Rohingya untuk dinikahi jumlahnya meningkat. Sindikat penyelundup manusia bisa mendapat uang sebanyak  7.000 ringgit bagi setiap gadis Rohingya yang dijual kepada laki-laki atau diserahkan kepada keluarganya.

''Banyak wanita dan gadis yang melarikan diri sendirian tak mampu membayar biaya pelarian. Akhinya mereka dijual, mereka hanya gadis berusia 15 atau 16 tahun dan mereka tak punya pilihan,'' kata Ali, Selasa, (14/2).

Seorang wanita Rohingya Yasmin Zokir Ahmad (18 tahun) mengatakan, suaminya membelinya dari seorang penyelundup sebesar 3.500 ringgit dua tahun lalu. Suaminya bekerja sebagai pemotong rumput di Kuala Lumpur.

Perjalanan ke Malaysia dari Myanmar, ujar dia, berlangsung selama sembilan bulan. Ini merupakan perjalanan yang sangat mengerikan. Saat ia berada di tenda di tengah hutan Thailand, ia sering tak mendapat makanan atau air minum.

"Saya tak memiliki pilihan. Saya harus menikah dengannya karena saya membutuhkan bantuan dan perlindungan untuk hidup, selain itu saya ingin hidup dengan kehormatan," kata Yasmin.***