MEDAN - Walau konsumsi bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertamax Series, Pertalite dan Dex, diklaim meningkat oleh PT Pertamina MOR I. Namun, pola konsumsi tersebut dinilai boros. “Data penyaluran BBM yang dirilis PT Pertamina (MOR I) boleh jadi menggambarkan pola konsumsi masyarakat semakin boros,” ujar pengamat ekonomi dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN Sumut), Gunawan Benjamin kepada wartawan di Medan.

Selain itu, sambung dia, bisa juga data Pertamina meproyeksikan peralihan konsumsi dari BBM subsidi ke nonsubsidi.

Akan tetapi, menurut Gunawan, perlu pula dilihat penyebab peralihan konsumsi tersebut. Sebab, selama ini banyak juga masyarakat yang akhirnya terpaksa beralih ke BBM nonsubsidi karena sulitnya mendapatkan BBM bersubsidi.

“Saya pikir masih terlalu dini untuk menyimpulkan itu (konsumsi boros). Karena pola peralihan konsumsi itu masih berlangsung singkat," ujarnya.

“Saya masih lebih percaya kalau pemborosan itu terjadi lebih karena masalah di SPBU-nya (tidak lagi menyalurkan BBM bersubsidi),” cetus Gunawan.

Sebelumnya, konsumsi BBM masyarakat Sumatera Utara mengalami peningkatan yang terjadi sebulan setelah kenaikan harga.

Ini tercermin dari penjualan Pertamax 4.370 kilo liter (kl) per bulan. Jumlah tersebut meningkat dari periode sebelum harga dinaikkan, yang hanya 4.323 kl per bulan.

Officer Communication & Relation PT Pertamina MOR I, Arya Yusa Dwicandra mengatakan, pertambahan penyaluran terbesar terjadi pada bahan bakar jenis Pertalite yang mencapai 16.450 kl. Ini meningkat dari sebelumnya 16.500 kl.

“Ini menjadi bukti bahwa masyarakat semakin cerdas dalam memilih BBM yang berkualitas,” ujar Arya.

Kendati mengalami peningkatan, terjadi juga penurunan pada penyaluran bahan bakar jenis Premium. Padahal, meski harga Premium tidak naik tapi penyalurannya turun drastis dari 23.100 kl pada akhir tahun 2016 (sebelum kenaikan BBM non subsidi) menjadi 22.400 kl pada saat ini.