JAKARTA - Relasi Presiden Joko Widodo dan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tampak secara vulgar tidak harmonis. Sejak awal melalui politik pasemon ala Jokowi, menunjukan ketidakharmonisan hubungan keduanya.

Kini dipertegas dengan pernyataan Istana yang meminta SBY meminta waktu untuk bertemu Jokowi. Inilah wajah buruk relasi pemimpin Indonesia. Siapa sesungguhnya yang 'Baper' (bawa perasaan)?Seminggu pasca-putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memastikan kemenangan pasangan Jokowi-JK dalam Pemilihan Presiden 2014, Presiden SBY dan Presiden terpilih Jokowi melakukan pertemuan empat mata selama dua jam di Bali pada 27 Agustus 2014.

"Ini adalah sebuah tradisi baru yang ingin kita bangun dari pemerintahan Presiden SBY kepada pemerintahan baru nantinya, kami ingin ada sebuah kesinambungan dari pemerintah sekarang kepada pemerintahan yang baru," kata Jokowi saat itu usai bertemu dengan SBY.

Dalam berbagai kesempatan Presiden SBY saat menjelang pergantian pemerintahan pada 20 Oktober 2014 berharap tejadinya pergantian pemerintahan yang berjalan mulus. Untuk mewujudkan niatan tersebut, SBY pun mengundang Jokowi beberapa hari menjelang pelantikan ke Istana untuk melakukan "orientasi Istana" dengan mengenalkan sudut-sudut Istana.

Upaya SBY tersebut memberi tradisi baru dalam proses peralihan kekuasaan dari pemerintahan lama ke pemerintahan baru. Karena dalam pengalamannya, alih pemerintahan dari era Soekarno-Soeharto, Soeharto-Habibie, Habibie-Gus Dur, Gus Dur-Megawati, serta Megawati-SBY, berlangsung relatif tidak mulus.

Langkah SBY tersebut tentu menjadi catatan penting dalam sejarah republik ini.Sayangnya, tradisi baru dalam alih pemerintahan SBY-Jokowi tersebut tidak berlangsung suistanable. Padahal, dasar untuk membangun relasi yang harmonis antara pemerintahan lama dengan pemerintahan baru telah dilakukan SBY.

Bukan tidak ada langkah harmoni di antara keduanya, momentum Kongres Partai Demokrat pada 12 Mei 2015 di Surabaya menjadi bukti hubungan baik keduanya.

Sayangnya, di dua tahun pemerintahan Jokowi, hubungan keduanya mulai merenggang. Setidaknya sepanjang 2016 lalu, Ketua Umum Partai Demokrat SBY mulai melancarkan sejumlah kritik terhadap jalannya pemerintahan Jokowi-JK.

Selama tahun 2016 setidaknya terdapat tiga kali momentum SBY mengkritik secara terbuka pemerintahan Jokowi-JK yakni pada Maret 2016, Juni 2016 dan Agustus 2016.Seperti kritik yang muncul pada 10 Juni 2016 lalu, SBY mengkritik persoalan perekonomian, persoalan keadilan dan penegakan hukum, kedaulatan partai politik dan intervensi kekuasaan, peran pers dan sejumlah isu lainnya.

Posisi SBY dan Partai Demokrat sebagai partai penyeimbang pemerintahan menjadi cukup kontekstual dengan sikap kritisnya kepada pemerintah. Dengan kata lain, wajar dan sudah seharusnya SBY dan Partai Demokrat melancarkan kritik kepada Jokowi.

Apalagi, mayoritas kekuatan politik saat ini menumpuk di belakang pemerintahan Jokowi. Kritik SBY dan Partai Demokrat justru penting untuk memastikan upaya checks and balances terhadap pemerintahan.

Triwulan akhir tahun 2016 menjadi puncak buruknya relasi Jokowi-SBY. Momentum reaksi publik atas dugaan penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama, kolega Jokowi saat di DKI Jakarta, seperti aksi 14 Oktober 2016, 4 November 2016 serta 2 Desember 2016 digambarkan ada peran SBY di belakang sejumlah aksi tersebut.

Pembingkaian informasi keterlibatan SBY ini massif disebarkan melalui media sosial. Di satu sisi SBY telah mengklarifikasi atas informasi tersebut, namun di sisi lain pemerintahan Jokowi hingga saat ini mengesankan membiarkan informasi tersebut bergerak liar.

Apalagi, putera sulung SBY yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga turut serta maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Di sisi lain, PDI Perjuangan dan sejumlah partai koalisi pemerintahan Jokowi mengusung Basuki-Djarot.

Meski Jokowi menegaskan posisinya netral dalam Pilkada DKI Jakarta, namun nuansa dukungan Presiden ke Ahok sulit diabaikan. Aura kompetisi politik di antara dua kekuatan itu sulit dihindari.Pada Rabu (1/2/2017) kemarin, SBY secara terbuka menginginkan pertemuan dengan Jokowi. Tujuannya, agar semua informasi yang sifatnya desas-desus dapat terklarifikasi secara terbuka antara SBY dan Jokowi.

"Sayang sekali saya belum berkesempatan bertemu Presiden Jokowi. Kalau bisa bertemu, saya ingin bicara dengan beliau blak-blakan siapa yang beri info intelijen kepada beliau," ujar SBY.

Ia menyebutkkan sejumlah peristiwa yang kerap dikaitkan dengan posisi dirinya seperti aksi 411, menunggangi demonstrasi, rencana pemboman, dan rencana makar. SBY menegaskan dirinya ingin mengklarifikasi sejumlah desas-desus tersebut.

"Saya ingin melakukan klarifikasi secara baik, dengan niat dan tujuan yang baik supaya tidak menyimpan, baik saya dan Pak Jokowi, prasangka, praduga, perasaan enak-tidak enak, dan saling curiga," imbuh SBY.

Lalu bagaimana dengan respons Jokowi? Jokowi menyebutkan pertemuan dirinya dengan SBY dapat digelar bila ada permintaan SBY. Ia tidak mengetahui apakah ada surat permintaan dari SBY untuk melakukan pertemuan dengan dirinya. Pihak Setneg yang mengetahui ihwal tersebut. "Bolak balik kan dibilang, waktunya akan diatur tetapi kalau ada permintaan," ujar Jokowi di JCC, Jakarta, Kamis (2/2/2017).

Tanggapan Jokowi atas pernyataan SBY tersebut tentu mengejutkan publik. Karena dengan pernyataan tersebut menimbulkan pertanyaan lanjutan. Seperti apakah Prabowo Subianto, BJ Habibie, Try Sutrisno, Megawati Soekarnoputri bertemu Jokowi di Istana dengan melayangkan surat permintaan untuk bertemu? Sikap Istana atas permintaan SBY tersebut tentu kurang tepat.

Situasi politik justru semakin tidak kondusif. Padahal, SBY sebagai tokoh senior yang sekaligus sebagai mantan Presiden RI, mestinya Jokowi mengundang SBY untuk bertukar pendapat terkait persoalan mutakhir saat ini.

Jangan lantaran kritik keras yang disampaikan SBY sepanjang 2016 menjadikan Jokowi enggan mengundangnya ke Istana.

Jangan sampai juga lantaran putera sulung SBY maju dalam kontestasi Pilkada melawan Ahok juga menjadikan hambatan kedua tokoh tersebut bertemu. Jika ditelusuri jejak rekam hubungan kedua tokoh ini, siapa yang baper apakah SBY atau Jokowi?***