Hari Raya Pongal adalah musim panen bagi warga India Tamil yang menandakan dimulainya musim menuai hasil tanaman dan disambut pada permulaan bulan Thai mengikuti kalender Tamil. Perayaan Pongal biasanya dirayakan setiap pertengahan bulan Januari selama empat hari.

Hari Raya Pongal adalah musim panen bagi warga India Tamil yang menandakan dimulainya musim menuai hasil tanaman dan disambut pada permulaan bulan Thai mengikuti kalender Tamil. Perayaan Pongal biasanya dirayakan setiap pertengahan bulan Januari selama empat hari.

Menurut Rohaniawan yang melayani di Gereja Methodist Tamil Pastor Moses Alegesan, perayaan ini disambut selama empat hari berturut-turut. Perayaan Pongal juga dianggap sebagai hari syukuran kepada Tuhan yang telah memberi berkat-Nya, yaitu memperoleh makanan dan air yang cukup, tempat tinggal yang layak dan keluarga yang bahagia serta membantu mengeratkan hubungan kekeluargaan di antara sesama anggota keluarga.

“Perayaan Pongal sesungguhnya sudah ada sejak jaman dahulu dan dirayakan secara turun temurun menjadi budaya warga India Tamil. Kebudayaan ini kita peringati dengan penuh sukacita melibatkan warga jemaat gereja Methodist Tamil,” kata Pastor Moses kepada Go Sumut, Rabu (18/1/2017).

Parayaan Pongal bagi India Tamil dirayakan serentak dengan perayaan Makara Sankranthi yang disambut di seluruh India dan warga India yang tersebar di seluruh dunia. Dalam acara ini ada tradisi penyediaan makanan berasaskan sayur-sayuran kampung, dengan demikian mendidik generasi muda mengenal masakan asli tradisi India.

Pongal, kata Pastor Moses dalam bahasa Tamil berarti ‘melimpah ruah’. Susu melimpah dalam tungku tanah liat melambangkan kekayaan harta benda bagi penghuni rumah. Pada prinsipnya, peringatan hari raya panen ini diperingatai selama empat hari. Hari pertama (Bhogi) adalah hari persiapan untuk membersihkan seluruh rumah, menyingkirkan semua barang yang tidak perlu.

Hari kedua (Thai Pongal) dikenal sebagai Thai Pongal. Ucapan ‘Thai Pirandhal Vazhi Pirakkum’ berarti “permulaan Thai membuka peluang baru” sering diucapkan dengan perayaan hari Thaipongal. Pada acara yang dilakukan ialah memasak nasi/beras atau biji-bijian yang dituai bersama susu lembu sehingga melimpah dari periuk.

“Perbuatan membiarkan masakan itu melimpah dikenali sebagai Pongal dalam bahasa Tamil. Tiang penyangga tungku yang dibuat dari tebu melambangkan manis dan keharmonisan,” katanya.

Hari ketiga disebut Mattu dimana hewan seperti lembu adalah sangat berguna bagi paara petani, mereka akan menghiasi lembu dan sapi dalam perayaan ini. Bagi umat Kristen, tradisi yang satu ini tidak dilaksanakan. Hari keempat dikenal dengan Kaanum Pongal yaitu hari istimewa untuk wanita khusus yang belum menikah.

Pada prinsipnya, kata Pastor Moses masyarakat atau penduduk lembah Shindu (Tamil Kuno) adalah masyarakat agraris yang rajin bercocok tanam dan bukan pemalas. Jika dikaitkan dengan Alkitab, festival ini dimaknai sebagai festival panen utama bangsa Yahudi yang ada dituliskan dalam kitab Keluaran dan Ulangan.

“Dalam konsep sebagai festival panen, perayaan ini menandakan berakhirnya musim panen. Para petani datang ke Yerusalem bersama keluarganya untuk bersyukur atas hasil panen yang mereka terima,” katanya.

Pesta panen atau hari raya panen sesungguhnya di beberapa suku bangsa yang ada di Indonesia juga dirayakan sebagai sebuah tradisi turun temurun. Di suku Batak Toba ada namanya pesta gotilon (pesta panen), suku Karo disebut kerja tahun dan bagi suku-suku lainnya juga ada pesta ucapan syukur ini dilaksanakan.

“Upacara atau perayaan pesta panen yang digelar dalam bentuk yang beragam harus dilestarikan. Karena acara-acara seperti ini juga sangat sarat dengan nilai-nilai yang membuat kita mengerti betapa pentingnya mengucap syukur atas berkat-Nya kepada kita,” tandasnya.

Dalam hal mengucap syukur, tambah Pastor Moses yang pertama adalah berikanlah sebagian hasil panenmu yang terbaik ke rumah Tuhan, kedua nikmatilah kebaikan Tuhan dengan berkumpul bersama sesama untuk merayakan kebaikan Tuhan dan yang ketiga adalah berbagi dengan warga masyarakat yang kekurangan atau masyarakat miskin yang masih membutuhkan pertolongan. Ini adalah perwujudan dari perayaan pesta panen yang bisa mensejahterakan seluruh umat.