JAKARTA - Peristiwa pembunuhan beruntun terjadi akhir-akhir ini di Jakarta. Hal tersebut tentunya menambah keresahan warga karena menandakan kondisi Ibu Kota sudah tidak aman lagi. "Jakarta kurang aman mungkin ya, tapi untuk pembunuhan yang terjadi mungkin itu hanya kebetulan saja yang waktunya tidak berjauhan," ungkap Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Edi Hasibuan, Kamis (12/1/2017).

Selain itu, adanya perampokan dan pembunuhan juga sulit untuk dideteksi kapan waktu terjadinya. "Yang pasti pembunuhan beruntun itu tidak ada kaitannya, itu hanya kebetulan," imbuhnya.

Fenomena maraknya perampokan dan pembunuhan, kata Edi, menjadi wajah Ibu Kota yang berjumlah penduduk padat dengan angka pengangguran tinggi sehingga menyebabkan tingkat kriminalitas tinggi.

"Ini ciri khas kota megapolitan, penduduk padat, pengangguran banyak dan kriminalitas marak," terangnya.

Edi pun menyarankan agar aparat kepolisian memperkuat pengamanan dengan menambahkan personel polisi yang dapat bekerja dengan cepat.

Seperti diketahui, kejadian demi kejadian pembunuhan terus terjadi di Ibu Kota. Misalnya, pada 26 Desember 2016 pembunuhan sadis terjadi di Jalan Pulomas Utara Nomor 7A RT Kayuputih, Pulogadung, Jakarta Timur.

Sebanyak 11 orang menjadi korban para pelaku, bahkan enam di antaranya meninggal dunia dan lima mengalami luka-luka.

Kemudian pembunuhan kembali terjadi pada 9 Januari 2017, Tri Ari Yani Puspo Arum (22) ditemukan tewas di kos-kosannya yang terletak di Jalan H Asmat, Ujung, Perumahan Kebon Jeruk Baru, Jakarta Barat. Mahasiswi Universitas Esa Unggul itu tewas dengan sejumlah luka tusukan di leher.

Tak lama, keesokan harinya Murniati (22) seorang mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) ditemukan tewas di rumahnya di Jalan Makmur, Pondok Rangon, Cipayung, Jakarta Timur. Ia ditemukan tewas pada Selasa 10 Januari 2017, dan pembunuhnya adalah kakak kandungnya sendiri.