MEDAN - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy didampingi Gubsu HT Erry Nuradi mengunjungi sekolah pembauran Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda dalam rangka peresmian gedung sekolah dan Pura, Sabtu (7/1/2017). Hadir juga di sekolah pembauran yang mengedepankan toleransi atau dikenal dengan sekolah yang multi etnis dan agama ini yakni Buya Syafii Maarif, anggota DPR RI juga pendiri Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sofyan Tan, Sekretaris Jenderal Kemdikbud Didik Suhardi, Dirjen Dikdasmen Hamid Muhammad, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin dan undangan.

Mendikbud Muhadjir Effendy menyebutkan, yayasan pendidikan penerima MAARIF Award 2014 ini mempunyai ciri khas menyemaikan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap n dengan berpijak pada pendidikan inklusif. ‘’Keragaman latar belakang siswanya sangat kental, sekolah ini mencerminkan miniatur Indonesia,’’ sebut Muhadjir.

Pihak sekolah memfasilitasi keragaman agama siswanya, bangunan ibadah masing-masing agama dibangun berdampingan di komplek sekolah. ‘’Toleransi dan kerukunan merupakan dua hal tak terpisahkan dari budaya gotong royong,’’ ujar Muhadjir.

Mendikbud mengapresiasi prakarsa Pak Sofyan Tan, merintis dan membesarkan lembaga pendidikan itu tidak mudah, apalagi sekolah yang dibangunnya atas dasar budaya gotong royong dan merangkul kemajemukan. Membangun sekolah dari dana patungan. Ini luar biasa, sangat pantas mendapat penghargaan seperti MAARIF Award," ujar Muhadjir, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini.

Sementara, Buya Syafii pun didaulat untuk meresmikan pura disaksikan Mendikbud Muhadjir Effendy dan Gubsu HT Erry Nuradi. Pura yang baru dibuka itu diapit bangunan vihara dan masjid yang berdampingan dengan gereja.

"Sekolah yang toleran itu tunas peradaban. Toleransi inti keberadaban. Ini perlu ditegaskan disaat kita sekarang dirundung intoleransi dan kebencian, tidak hanya di Indonesia tapi juga fenomena global. Dunia pendidikan harus melek soal ancaman ini," kata Buya Syafii.

Sementara Gubsu HT Erry Nuradi mengatakan keragaman etnis masyarakat Sumatera Utara merupakan anugerah yang memperkaya mozaik Indonesia. Setiap masalah yang bersinggungan dengan isu-isu SARA selalu direspon cepat pemerintah daerah dengan dukungan pemuka agama dan tokoh masyarakat. ‘’Masyarakat hidup berdampingan tanpa mempersalahkan perbedaan,’’ sebut Erry.(***)