JAKARTA Tim gabungan masih terus mencari para korban tragedi terbakarnya kapal wisata KM Zahro Express di Perairan Kepulauan Seribu pada 1 Januari 2017 lalu.

Meski Badan SAR Nasional (Basarnas) telah mengerahkan para penyelam andalnya, namun masih banyak korban belum ditemukan.

Charly, salah satu penyelam Basarnas, menceritakan banyak kendala yang dihadapi tim pencari dan penyelamat untuk menemukan korban. Terutama kendala cuaca di lokasi yang membahayakan serta faktor teknis lainnya.

Menurut Charly, untuk mencari korban di dasar lautan, penyelam harus lebih berhati-hati. Kondisi di dalam lautan lebih membahayakan ketimbang di permukaan.

Terutama tentang jarak pandang penyelam yang sangat pendek, akibat terhalang lumpur yang mengambang di air laut. 

"Jarak pandang cuma satu sampai dua meter, itu karena lumpur yang tersebar, jadi agak menyulitkan" ujar Charly, di atas kapal milik Basarnas KN24, Kamis, 5 Januari 2017.

Charly menuturkan, selain itu arus air di dasar laut lebih deras dari arus air di permukaan, kondisi itu setiap saat bisa menyebabkan penyelam terseret dan hanyut.

Dan yang paling menakutkan selama melakukan penyelaman di lokasi, menurut Charly, ialah kemunculan ikan-ikan berukuran sangat besar.

Hal itu dialaminya ketika melakukan penyelaman pada hari keempat pencarian, tiba-tiba sekelompok ikan berbentuk mengerikan datang dan mengepung tim penyelam. Tim sempat dilanda ketakutan karena mereka awalnya mengira ikan itu adalah kawanan ikan hiu pemangsa.

"Kita awal kiranya Hiu, ternyata paus tutul, agak ngeri juga karena kalau sampai dia merasa terganggu kita bisa diserang," ujarnya.

Karena ukuran ikan-ikan paus yang datang sangat besar, tim terpaksa harus kembali ke perahu karet dan menghentikan sementara pencarian demi keselamatan penyelam.

"Besarnya kira kira dua kalinya kapal karet kita, ngeri lagi kami, akhirnya tunda dulu sampai pausnya menjauh baru lanjut," ujar Charly.***