"SATU BUKET bunga dikirim pukul 12 seharga Rp 135.000 dengan ongkos kirim Rp 12.000," bunyi layanan pesan singkat (SMS) di layar ponsel pintar Ferdi pada siang itu. Sebelumnya, Ferdi memang minta tolong lewat aplikasi khusus kepada si pengirim pesan untuk dibelikan buket bunga buat sang istri.

Buket bunga itu akan Ferdi hadiahkan kepada sang istri, sebagai bagian perayaan ulang tahun kedua pernikahan mereka.

Bukan, si pengirim pesan tadi bukanlah asisten pribadi Ferdi melainkan sebuah layanan perusahaan rintisan digital (startup) dengan tawaran jasa laiknya asisten pribadi.

Dengan layanan tersebut, Ferdi tak perlu ketinggalan rapat pada sore itu. Saat waktu makan malam tiba bersama sang istri, buket bunga pun sudah akan tersedia.

Solusi

Lewat perkembangan teknologi, banyak startup bermunculan, termasuk di Indonesia. Layanan yang ditawarkan pun tergolong tak biasa.

Pengguna bisa memesan atau melakukan sesuatu tanpa harus beranjak ke mana-mana, menjadikan konsumen laiknya raja.

Kalau layanan Go-Mart dari Go-Jek seperti yang dipakai Ferdi bisa dimintai tolong dari membeli buket bunga, tiket nonton bioskop sampai memesan makan malam, lain lagi dengan HappyFresh.

Startup yang satu ini menawarkan kemudahan berbelanja sayur-mayur, menjadi solusi bagi wanita karier yang juga berstatus ibu rumah tangga.

Dengan kecanggihan teknologi, startup hadir menjadi solusi bagi masalah publik. Meski memiliki layanan dan segmen pasar yang berbeda, startup seperti Go-Jek dan HappyFresh sama-sama menawarkan kemudahan.

Menurut riset Growth from Knowledge (GfK) pada 2015, kontribusi industri internet—termasuk startup di dalamnya—per tahun pada kurun 2010 sampai 2016 mencapai rata-rata 16,6 persen produk domestik bruto Indonesia.

Di Indonesia, ranum bisnis startup terjadi seiring sejalan dengan penetrasi penggunaan internet dan smartphone. Selain itu, ada pula peluang dari pemilik modal ventura (venture capitalist) yang punya minat tersendiri terhadap model usaha ini.

"Startup bidikan para pemilik modal adalah yang dianggap dapat memberikan keuntungan jangka panjang," ujar konsultan bisnis internasional Wempy Dyocta Koto, seperti dikutip KompasTekno, Rabu (3/2/2016).

Menurut dia, venture capitalist melirik startup sebagai bisnis potensial.

Potensi ranum bisnis


Wempy melanjutkan, ada lima jenis startup yang berpotensi mengundang minat venture capitalist. Kelima jenis startup itu adalah yang bergerak di bidang pengembangan teknologi virtual reality (VR), keamanan cyber, kesehatan konsumen, robotik dan drone, serta internet.

"Hingga 2020, setidaknya akan ada 25 miliar objek terkoneksi dengan internet," ujar Wempy. Proyeksi inilah, sebut dia, yang menjadi peluang bagi startup di bidang internet.

Namun, merujuk riset GfK juga, ada tantangan yang datang bersama peluang tersebut. Keterbatasan teknologi dan infrastruktur, tercakup di dalamnya.


Salah satu hal penting agar bisnis startup dapat meraksasa adalah sistem pengelolaan data perusahaan. Bagaimana pun, bisnis berbasis teknologi sangat bergantung pada sistem pengolahan dan pemrosesan data.

Satu kesalahan dalam pengelolaan data bisa menghambat bahkan merugikan perusahaan.

Untuk itu, ketepatan memilih server menjadi salah satu faktor penambah peluang keberhasilan bisnis startup. Keunggulan kapasitas, jenis prosesor, dan performa kinerja mutlak jadi pertimbangan.

Lenovo System x3650 M5, misalnya, mengadopsi 12 Gbps RAID sampai 4 adapter dan dilengkapi prosesor Intel Xeon E5-2600 v4 untuk menunjang performa server.

Dengan spesifikasi tersebut, data yang diolah jauh dari kemungkinan kesalahan baca tulis dan beratnya pemrosesan.

Server itu juga dibekali sistem predictive failure analysis, untuk meminimalkan risiko kegagalan sistem sekaligus otomatis memperkirakan kerusakan bila gangguan sistem tak terhindarkan.

Siap melayani konsumen laiknya raja?