JAKARTA - Presiden Joko Widodo makin meyakini pariwisata sebagai core ekonomi bangsa, maka banyak kementerian dan lembaga yang harus berkoordinasi dengan Kemenpar dalam membangun ekosistem. Terutama terkait pengembangan destinasi dan industri pariwisata. Sector ini juga ditempatkan sebagai prioritas pembangunan nasional, selain infrastruktur, pangan, energi dan maritime. Maka pariwisata betul-betul menjadi centrum dan backbone perekonomian bangsa ini.

Lalu apa hal mendasar yang harus dipersiapkan? Untuk menjaga sustainabilitas pariwisata sebagai core business itu? Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut SDM! Investasi di Sumber Daya Manusia ini paling tidak kelihatan wujudnya, tapi sangat terasa impact-nya. "Sejak di PT Telkom saya paling komit, bahwa investasi SDM itu sangat penting untu win the future customers, maka saya banyak mengirim anak-anak muda potensial sekolah ke luar negeri," cerita Arief Yahya. 

Spirit itu disampaikan kembali Arief Yahya dalam acara Wisuda ke-37 Universitas Sahid Jakarta. Total 274 wisudawan, yang terdiri atas laki-laki 93, dan wanita 181, dari 11 jumlah Program Studi 11, pada 15 November lalu. Yakni Manajemen, Akuntansi, Ilmu Komunikasi, Teknik Industri, Teknik Lingkungan, Ilmu HUkum, Teknologi Pangan, D3 Humas, Magister Manajemen,10 Magister Ilmu Komunikasi dan Doktor Ilmu Komunikasi. 

Kebetulan dalam forum itu juga hadir Prof. Dr. Sukamdani Sahid Gitosardjono, Ketua Pendiri dan Pembina Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Sosial Sahid Jaya. Juga Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, Rektor Universitas Sahid.

  Tiga point penting yang disampaikan Menpar Arief Yahya di hadapan calon-calon pelaku industri pariwisata itu, Jangan khawatir akan masa depan sector Pariwisata di tanah air. Pertama, pariwisata Indonesia punya keunggulan di 4P, Product, Price, Promotion, Place. Kedua, sebagai creative industry, Pariwisata juga menjadi Core Business Indonesia ke depan betul-betul backbone ekonomi negeri ini. 

"Ketiga, dalam pengembangan SDM Pariwisata itu gunakan global standard, agar bisa bersaing di level global! Nah di kita, saat ini menggunakan regional standard yang sering disebut ASEAN MRA, Mutual Recognition Arrangement. Harus punya kompetensi selevel ASEAN dulu saja," kata Menpar Arief Yahya.  

Menpar Arief Yahya pun mengajak wisudawan dan wisudawati Universitas Sahid Jakarta untuk terus menerus melakukan inovasi dan kreasi di bidang Pariwisata. Peluang masih sangat terbuka lebar. Seluruh PTN dan PTS yang memiliki program studi kepariwisataan di Indonesia ada 120 Perguruan Tinggi, telah bersepakat untuk berkoordinasi dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan pariwisata. 

"Selain itu juga komitmen untuk implementasi kurikulum berbasis kompetensi, mendirikan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), dan sertifikasi kompetensi terhadap semua lulusan yang berstandar ASEAN. Ini merupakan agenda program yang disetujui oleh setiap perguruan tinggi. Hingga tahun 2016, SDM Pariwisata tersertifikasi berstandar ASEAN berjumlah 200.000 orang. Sedangkan target 2019 adalah sebanyak 500.000 orang," ungkapnya. 

Tujuannya adalah agar kualitas dan daya saing individu maupun kelompok SDM Pariwisata terus meningkat, baik di ASEAN maupun internasional, seraya menjadi fondasi yang kokoh bagi pembangunan pariwisata Indonesia. "Secara khusus, perguruan tinggi pariwisata ini telah dibagi tugas untuk mendukung pengembangan 10 destinasi prioritas (10 Bali Baru), sesuai dengan kedekatan geografis maupun peminatannya. Ada di destinasi Danau Toba, Tanjung Lesung, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu dan Kota Tua, Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi, maupun Morotai,” kata dia. 

Pada intinya, peran perguruan tinggi diharapkan menjadi motivator, dinamisator dan fasilitator bagi seluruh stakeholder di setiap destinasi. Sehingga pada akhirnya akan terwujud pariwisata berbasis masyarakat. Pemerintah dalam hal ini lebih mengedepankan tugas pokok dan fungsinya sebagai regulator, fasilitator (pendanaan, pembiayaan, pembangunan jejaring, dll.), dan supporting (pendukungan). Dengan demikian pada akhirnya pariwisata dapat menjadi urat nadi perekonomian dan kesejahteraan Indonesia. (*/dnl)