MEDAN - Ide Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy beberapa waktu lalu terkait diterapkannya full day school (sehari penuh di sekolah) sesungguhnya sudah banyak sekolah yang menjalankan program ini terutama di kota-kota besar. Menurut Kepala Sekolah SMA Parulian Medan, Tropinus Tambunan, Kamis (27/10/2016), peserta didik saat ini sudah banyak yang tidak memiliki etika, sopan santun dan cenderung memiliki sikap individualistik atau hanya mementingkan diri sendiri. Kalau mereka hanya dijejali dengan berbagai disiplin ilmu tanpa ada upaya untuk membangun karakternya, sama saja kita sedang membangun generasi yang hanya fasih dalam ilmu pengetahuan.

“Kita justru membutuhkan generasi cerdas yang memiliki budi pekerti luhur, berintegritas dan bertanggungjawab. Itu sebabnya, semua guru memiliki peran penting dalam menanamkan kebaikan pada anak dan peserta didik,” papar Tambunan.

Dalam materi pelajaran apa pun, lanjut Tambunan, guru bisa menyelipkan materi pembelajaran budi pekerti dan membangun karakter siswa dengan tetap berpedoman pada dasar negara, Pancasila.

Membangun karakter anak, kata Tropinus Tambunan harus dilakukan dengan berkesinambungan. “Penanaman budi pekerti selain di sekolah, orangtua juga memiliki peran strategis dalam hal ini,” tandasnya.

Tambunan menambahkan, banyaknya kasus yang melibatkan anak dalam berbagai bentuk kekerasan maupun kriminal, menjadi bukti bahwa pendidikan karakter harus dilakukan secara terus menerus tanpa ada kata terlambat. Di sekolah, kata dia, ada berbagai bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan kepada peserta didik seperti Paskibra, drumband, PKS, pramuka, seni musik, olahraga serta kegiatan positif lainnya.

“Peserta didik bebas memilih ikut kegiatan apa saja demi untuk membangun karakter dan meningkatkan rasa tanggung jawab mereka di masa depan,” pungkasnya.