MEDAN - Pelaku yang membuang bayi di selasar Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr Pirngadi Medan, Senin (3/10/2016) sore, dinilai mengalami depresi berat. Depresi ini, sebut Direktur Minauli Consulting, Irna Minauli, tergambar dari isi surat yang diselipkan di tas jinjing beserta bayi. Inilah bentuk beban mental yang dihadapinya. Menurut Irna, ada beberapa kasus seorang ibu tega membuang anaknya. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti adanya beban mental yang dialami pelaku seperi kasus kehamilan di luar nikah, status sosial di mana orang terdekat pelaku pembuangan bayi tersebut tidak memberikan dukungan, dan faktor ekonomi. “Pembuangan bayi juga terjadi, pada umumnya, diawali kehamilan yang tidak dikehendaki, sehingga berpengaruh buruk pada bayi dalam kandungan yang berujung tindakan aborsi. Namun karena pada beberapa kasus aborsi tidak berhasil, sehingga terjadi pada pembuangan bayi,” jelas Irna Minauli, Selasa (4/10/2016) sore.

Pada kasus dimana kehamilan yang tidak dikehendaki, biasanya orangtua tersebut sudah ada penolakan bayi yang di kandungnya. Penolakan inilah yang berpengaruh buruk terhadap bayinya. Sehingga seringkali ada keinginan melakukan aborsi. “Kasus baby blues juga bisa menjadi penyebab utama seorang ibu tega melakukan tindakan yang buruk tersebut,” ujarnya menganilisis.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, bayi berjenis kelamin laki laki itu ditemukan di selasar rumah sakit plat merah itu lengkap dengan perlengkapan bayi. Di dalam tas jinjing, petugas security juga menemukan sepucuk surat yang bertuliskan agar siapa saja yang menemukan bayi tersebut kiranya dapat merawat dengan baik dan tidak melaporkan peristiwa tersebut ke pihak kepolisian. Di surat itu, juga tertulis alasannya membuang bayi laki laki tersebut disebabkan dirinya tidak sanggup menghidupi bayi sehingga terpaksa melakukan tindakan pembuangan.