MEDAN - Perkembangan kedokteran nuklir di Indonesia saat ini masih ‘stagnan’. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya fasilitas dan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) jika dibanding dengan jumlah penduduk Indonesia. “Kita hanya memiliki 53 dokter spesialis kedokteran nuklir. Sebagian besar ada di (Pulau) Jawa,” jelas Ketua Kolegium Ilmu Kedokteran Nuklir Indonesia Dr A Hussein S Kartamihardja pada Pertemuan Ilmiah Tahunan XX (PIT) & KOngres Nasional 2016 Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia VII (PKNI) Perhimpunan Kedokteran & Biologi Nuklir Indonesia X, Jumat (23/9/2016).

Ke-53 dokter sepesialis nuklir itu, katanya, tersebar di beberapa kota seperti di Kota Medan satu dokter, Padang dua dokter, Semarang dua dokter, Surabaya satu dokter, Yogyakarta satu dokter, di Bandung ada tujuh dokter, dan sisanya ada di Jakarta. “Sehingga memang pelayanan dan distribusinya sangat tidak merata. Sementara yang menjadi pusat pendidikan dokter spesialis kedokteran nuklir di Indonesia, cuma hanya ada satu di Bandung (FK Unpad). Karena di Kementerian Dikti, FK Unpad yang dianggap memenuhi persyaratan untuk menjalankan pendidikan,” ujar Hussein.

Menurutnya, dokter spesialis nuklir ini merupakan salah satu pilihan dari pengembangan karir seorang dokter. Meski secara finansial, sangat jauh berbeda dengan pendapatan seorang dokter spesialis jantung dan bedah. “Saat saya masuk ke kedokteran nuklir, saya malah pernah dibilang gila. Ngapain kedokteran nuklir? Belum lagi waktu itu spesialisasinya belum diakui. Kemudian pasien tidak ada. Tapi itu menjadi pilihan buat saya, jadi tidak ada masalah,” ungkapnya.

Jika dibandingkan dengan Jepang, sambungnya, Indonesia sangat jauh tertinggal. Sebab, di Negara Sakura itu, dokter nuklir hampir 1000 orang. “Sementara kita dengan jumlah penduduk 250 juta, hanya 53 dokter spesialis nuklir. Jika ada pertemuan di luar, mereka tidak percaya kok jumlahnya sedikit, namun faktanya memang demikian,” tuturnya.

Gubernur Sumatera Utara T Erry Nuradi mengharapkan agar kedokteran nuklir dapat terus berkembang dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tentunya, hal ini sangat membutuhkan teknologi-teknologi yang baru untuk dapat diterapkan di provinsi ini, maupun di Indonesia. “Jadi di RSUP Adam Malik sudah ada, ini dimaksimalkan dulu, kemudian tentunya akan berkembang, dan tentunya banyak yang akan membutuhkannya,” ujarnya.