MEDAN - Film Sinamot akhirnya rampung sejak dibuat dari bulan Juni 2014. Film Sinamot merupakan film karya anak bangsa yang mengambil latar tentang kisah adat istiadat dalam pernikahan Batak. Sinamot menceritakan tentang melamar kekasih untuk dijadikan istri yang susah-susah gampang. Khususnya soal masalah materi yang harus dipersiapkan untuk dikeluarkan tidaklah sedikit untuk sinamot, atau istilah lainnya uang mahar.

Keluarga calon istri wajib menentukan besaran sinamot untuk merayakan pernikahan seorang batak yang identik dengan kemewahan. Jika angka sinamot tidak disepakati, bisa-bisa pernikahan bisa tertunda bahkan batal.

Fenomena inilah membuat Cinema Club Film menyajikan sebuah film yang berjudul Sinamot. Hal ini disampaikan oleh penulis naskah, Wiwin Vamela, dalam acara syukuran peluncuran film Sinamot kepada Tribun Medan di Jalan Dr Mansyur, Senin (30/5/2016).

Disutradarai oleh Aziz dan Wiliam Atapary sebagai produser, Sinamot hadir dengan segudang pesan moralnya. Film yang ditulis sejak Juni 2014 silam itu menyampaikan pentingnya untuk tidak mengedepankan keegoisan diri dan perjuangan meraih mimpi.

"Saya mengangkat tema Sinamot, karena menurut saya ini sangat unik. Ketika besaran mahar menghalangi penyatuan cinta dua insan manusia. Namun Sinamot yang saya tulis hadir dengan balutan cerita yang ringan. Sehingga diharapkan semua lapisan masyarakat dapat menikmati film ini," ujar Wiwin.

Syuting yang dimulai sejak Agutus hingga Oktober 2015 itu mengambil lokasi di Kota Medan dan Kabuoaten Serdang Bedagai. Seluruh pemain film Sinamot juga berasal dari Kota Medan. Mereka adalah Rimbun Nadeak (Niko), Frisna Mariana Panjaitan (Maya), dan Amalia Siregar (Yanti).

"Jangan bandingkan film ini dengan film lokal lainnya. Kami yang sudah memulai untuk berbuat. Di saat perfilman lokal melesu, kami adalah salah satu dari sekian yang mau membangkitkannya. Paling tidak film Sinamot mengobati kerinduan para pecinta film lokal," ungkap Wiwin

Sedikit bocoran, kata Wiwin, Sinamot berkisah tentang perjuangan seorang pemuda batak, Niko, dalam memenuhi sinamot permintaan keluarga calon istrinya, Maya. Momen epik film ini ketika Ayah Maya, Guntara, memberikan waktu 6 bulan pada Niko untuk memenuhi sinamot itu. Meski berat, Niko tetap optimis.

Maya yang merupakan seorang sarjana pun menunggu dengan sabar. Di sisi lain ada seorang perempuan batak, Yanti yang mencintai Niko. YANTI tidak menuntut sinamot besar karena ia sadar hanya tamatan SD.

Namun baginya, sinamot tidak penting karena ia hanya ingin bersama Niko. Hingga waktunya hampir habis, Maya mengajak Niko kawin lari dengan menikah di gereja saja, tanpa harus ada pesta adat.

"Bagaimana kisah selanjutnya. Silahkan nonton langsung filmnya dan rapatkan kaset originalnya ***