JAKARTA- Pesona "long weekend" Indonesia akhir pekan ini, 5-6-7-8 Mei 2016 yang diperkirakan selalu identik dengan macet yang menyebalkan, bisa diubah menjadi suasana yang mengasyikkan. Macet? Banyak orang Surabaya yang memadati Malang? Ah, itu masa lalu. Macet di Kota Malang kali ini sungguh terasa sangat menyenangkan.

Lho? Kok bisa? Itu setelah kalangan perhotelan di Malang menyiasati macet yang mengular panjang dengan menggelar Festival Kuliner Indonesia Tempo Doeloe. Acara ini digelar The Shalimar Hotel dari tanggal 5-7 Mei 2016. Selama tiga hari, festival kuliner itu mendapat respon yang sangat luar biasa dari para pengunjung. Antusiasmenya, luar biasa heboh, bahkan nyaris tidak tertangani dengan logika awam.

Tapi, panpel tidak putus asa. Bahkan semakin kreatif. Penataan tempat yang memadukan nuansa Jawa serta dengan adanya alunan musik tradisional mampu menarik minat masyarakat untuk datang. Di festival ini, pengunjung dapat menikmati berbagai kuliner Indonesia tempo doeloe seperti Pecel Tumpang dengan bumbu tempe, Lontong Sayur, Ayam bakar Cocok, Cui Mie hingga beragam jajan pasar dan jamu-jamu tradisional.

“Kami terinspirasi Tong Tong, sebuah festival terbesar di dunia untuk budaya Indo (Eropa-Indonesia), yang diadakan setiap tahun di Belanda. Di hotel kami, pengunjung juga bisa menikmati musik keroncong dan musik congkekan {kolaborasi antara rebana dan gamelan, red). Jadi para pengunjung dapat menikmati kuliner tradisional racikan tim dapur The Shalimar Hotel seperti suasana di tempat asalnya di Belanda,”ungkap General Manager The Shalimar Boutique Hotel, Sanjoyo Tjokro, Sabtu (7/5).

Jalan di depan hotel pun digunakan untuk setting kursi dan meja seperti pasar malam. Sementara makanan disediakan di sejumlah gubuk di kedua sisi ruas jalan “Pengunjung lokal dan mancanegara bisa menikmati sepuasnya. All you can eat dari pukul 17.00 hingga 22.30 WIB di tengah kawasan Jalan Cerme yang masih hijau dan segar. Ini bisa menjadi penawar stres saat terkena kemacetan panjang,” imbuhnya.

Kreativitas itu langsung diapresiasi Kepala Dinas Pariwisata kota Malang Ida Ayu. Menurutnya, hal itu sejalan dengan spirit pengembangan pariwisata Malang yang mengusung jargon Malang Beautiful. “Idenya sangat bagus. Bisa jadi percontohan untuk hotel lain. Spritnya sejalan dengan program Malang Beautiful,” terang Ida Ayu.

Menpar Arief Yahya tiba-tiba punya ide, seandainya di semua kota yang macet itu dibuat jajanan kuliner tempo doeloe, mungkin akan menjadi atraksi tersendiri. Makanan-makanan yang cocok di santap di perjalanan bisa dikembangkan.

"Kan ada ratusan jenis makanan khas daerah yang bisa diplah lagi, ditampilkan dalam gaya baru, dan dilampirkan storyline-nya? Saya kira itu akan menaikkan pendapatan masyarakat, sekaligus menghibur wisatawan dengan karya kuliner nasional yang hebat," jelas Menpar Arief Yahya.

Wisatawan itu membelanjakan duitnya untuk kuliner hampir 30 persen. Salah satu keasyikan berlibur itu adalah menikmati kuliner atau masakan khas Indonesia. "Coba deh!" tutur Arief Yahya. (*/dnl)