WASHINGTON DC - Tahun 1917 segelintir perempuan demo di depan Gedung Putih menuntut persamaan hak. Baru pada 1920 perempuan Amerika mendapatkan hak untuk mencoblos dalam pemilu. 

Dalam surat elektronik (surel) Irawan Nugroho dari AS, disebutkan, di belahan dunia lain di kota kecil Jepara, Jawa Tengah, Indonesia, RA Kartini pada awal 1900-an sudah berpikir untuk memajukan hak kaumnya. Kartini masuk sekolah Belanda, pintar bahasa Belanda, suka baca koran Belanda De Locomotief, dan literatur-literatur dari negeri itu.

Kartini berpikiran avant garde, inovatif dan emansipatif. Jadi sebenarnya perempuan Indonesia beberapa tahun lebih dulu berpikir soal emansipasi daripada perempuan Amerika dalam konteks yang berbeda.

Sayang sekali Ibu Kita Kartini meninggal pada usia 25 tahun, tapi saya yakin pemikirannya tidak kalah dengan perempuan-perempuan yang demo di depan Gedung Putih itu. (***)