MEDAN - Inflasi di Sumatera Utara (Sumut) selama 2016 atau year on year (Desember 2015-Desember 2016) mencapai 6,34%. Angka tersebut jauh di atas inflasi nasional yang hanya 3,02%.

Tingginya inflasi di Sumut akibat naiknya harga berbagai barang, khususnya daging ayam ras, telur ayam dan ikan. Di Medan misalnya, harga ayam ras naik 7,24%, ikan naik 5-9% dan telur ayam naik 6,62%.

“Tahun 2016, inflasi Sumut yang lebih tinggi dari angka nasional terjadi lagi,” ujar Kabid Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Bismark Pardamean S Sitinjak.

Berdasarkan data, angka inflasi Sumut yang lebih tinggi dari angka nasional terjadi pada 2001, 2004, 2005, 2007, 2010 dan 2013. “Selebihnya angka inflasi Sumut selalu di bawah nasional,” katanya

Ia menjelaskan, pada Desember empat kota yang dijadikan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi. Inflasi di Pematangsiantar paling besar atau 0,54%, disusul Sibolga 0,29%, Medan 0,16% dan Padangsidimpuan 0,02%.

Di Indonesia dari 82 kota yang diamati IHK-nya, 78 kota mengalami inflasi, dimana yang tertinggi di Lhokseumawe dan terendah di Padangsidimpuan dan Tembilahan. Sekretaris Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumut, Plt Kepala Biro Perekonomian, Elidawati Hasibuan, mengaku cukup terkejut dengan besarnya inflasi di Sumut.

Data BPS ini kan dibahas kembali dalam rapat TPID. Menurut dia, dalam pengendalian inflasi, terutama dalam mengatasi inflasi cabai merah, kini sudah banyak cabai merah yang masuk ke Sumut. Misalnya dari Jawa, sehingga stoknya di pasar lokal sudah banyak dan harganya sekarang berkisar Rp40.000 per kg. “ Oleh karena itu, pada Desember cabai merah tidak lagi menjadi pemicu inflasi,” tukasnya.