TRIPOLI - Upaya kudeta untuk menggulingkan Pemerintah Libya yang didukung PBB berlangsung di Ibu Kota Tripoli sejak Jumat petang. Perdana Menteri (PM) Libya, Fayez al-Sarraj, yang juga menjabat sebagai presiden sementara negara itu “menghilang” dan nasibnya tak diketahui. Pemerintah Libya (GNA) menuduh mantan PM Khalifa al-Ghwell, sebagai pemimpin kudeta militer di negeri Moammar Khadafi itu. Pemerintah pada Sabtu (15/10/2016) memerintahkan penangkap semua komplotan kudeta, termasuk pemimpinnya, Ghwell.

Komplotan kudeta dilaporkan telah menduduki sejumlah bangunan penting di negara itu, termasuk Hotel Rixos dan gedung-gedung administrasi pemerintah lainnya. Hingga hari ini, para milisi pendukung kudeta masih menguasai bangunan Hotel Rixos.

Ghwell merupakan PM Libya yang digulingkan pada Maret lalu oleh kubu pemerintah saat ini. Para milisi pendukung kudeta menyiagakan truk pickup yang dipasangi senapan mesin di sekitar Hotel Rixos.

Komplotan kudeta dalam sebuah pernyataan mengklaim bahwa GNA saat ini mengalami kekosongan kepemimpinan. Tidak ada yang tahu keberadaan PM Libya Fayez al-Sarraj, namun laporan media menyebut dia berada di negara tetangga, Tunisia.

Jika semua milisi Tripoli muncul dan mendukung kudeta, maka GNA berada dalam bahaya. Selain didukung PBB sebagai pemerintah sah Libya, GNA juga didukung para diplomat Barat, seperti dari Amerika Serikat (AS), Inggris dan Uni Eropa.

Menurut laporan Guardian, belum ada laporan korban jiwa dalam upaya kudeta di Libya. Selain itu, juga belum ada laporan perihal penangkapan terhadap para pelaku kudeta.