ULAMA salaf dulu dengan orang-orang sekarang berbeda. Syekh Dr Abdul Hamid Sulaiman berkata: ''Dari sisi keilmuan, kita mungkin saja lebih banyak ketimbang mereka. Namun kelas mereka sungguh jauh di atas kita. Kita bukan di derajat yang mereka capai.'' Apa yang membedakan? Jawabannya adalah keimanan, keyakinan dan kepasrahannya kepada Allah. Agama bagi mereka bukan hanya sebagai isi kepala, melainkan juga isi hati. Bahkan, yang terakhir inilah yang sangat penting. Apa yang diperintahkan Allah, dilakukannya dengan penuh percaya akan balasan terbaik dari Allah.

Salah satu contohnya adalah dalam hal berderma. Allah berfirman "Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan sampai kalian menginfakkan sebagian dari apa yang kalian cintai." Perhatikan dengan seksama kalimat tersebut. Allah tidak menyatakan "sebagian yang kalian bisa" melainkan "sebagian yang kalian cintai." Bukankah kita lebih sering memberikan apa yang sudah tidak kita butuhkan ketimbang sesuatu yang masih kita cintai?

Sementara itu, ulama salaf memilih menyesuaikan shadaqah dengan perintah ayat itu. Ketika para beliau itu mencintai sesuatu, maka langsung saja mereka meniatkannya untuk Allah, untuk yang diridlai Allah. Mengapa mereka bisa dan kita masih sulit untuk bisa? Jawabnya adalah karena mereka mendahulukan hati dalam beragama dibandingkan dengan kalkulasi akal.

Mari belajar menginfakkan apa yag kita cintai di jalan Allah, yakinlah Allah akan semakin memberi kepada kita apa yang kita cintai dan ingini. Salam, AIM. ***