MOSKOW - Hubungan NATO dan Rusia cepat bergulir kembali ke era Perang Dingin karena retorika usang dari pihak NATO. Demikian pernyataan juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov. Rusia, kata Peskov, terus khawatir dengan ekspansi militer NATO secara terus-menerus di Eropa Timur dan Baltik.

Dia memastikan bahwa Moskow akan bertindak tegas untuk melindungi kepentingan dan keamanan Rusia. Namun, tindakan Rusia tetap dengan cara sistematis dan dapat diprediksi.

“Retorika Perang Dingin tertanam begitu dalam di aliansi yang kita pikir itu keliru, karena itu adalah sesuatu dari masa lalu,” kata juru bicara Presiden Vladimir Putin ini.

”NATO merupakan produk saat konfrontasi. Ini merupakan sebuah instrumen yang dibuat untuk konfrontasi. Apa kontribusi yang dapat dibuat untuk memastikan stabilitas dan keamanan Eropa,” lanjut Peskov, seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (24/5/2016).

”Kami masih khawatir atas ekspansi kehadiran dan pembesaran NATO yang sedang berlangsung terhadap perbatasan kami,” katanya.

“Ini adalah sumber keprihatinan bagi Moskow dan merupakan alasan untuk serangkaian langkah yang diprediksi, sistematis dan berturut-turut yang diambil Moskow untuk melindungi kepentingan keamanan dalam situasi saat ini,” imbuh Peskov.

Pernyataan Peskov ini muncul setelah pemimpin NATO mengatakan bahwa aliansi siap untuk mengusir agresi terhadap salah satu anggotanya di Eropa Timur.

”Sinyal (kami) memiliki kehadiran multinasional untuk mengirimkan sinyal yang sangat jelas, bahwa serangan terhadap salah satu sekutu akan (menjadi) serangan terhadap seluruh aliansi,” kata Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, kepada wartawan pada 21 Mei 2016 lalu.

”Beberapa sekutu, yaitu AS, Inggris dan Jerman, telah menyatakan kesediaan untuk memperkuat sisi Timur,” imbuh Stoltenberg.