JAKARTA - Sebagian dari kita punya alasan untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Mungkin beberapa di antaranya karena keinginan pribadi maupun orangtua, untuk mewujudkan cita-cita, atau demi mendapatkan pekerjaan yang bisa mendatangkan pundi-pundi harta.

Namun, tak semua jurusan kuliah bisa membuat impian seseorang untuk kaya raya terwujud.

Berdasarkan data yang dianalisis dari latar belakang pendidikan 100 orang terkaya di dunia versi Forbes yang dilansir oleh The Telegraph, ternyata para lulusan dari jurusan teknik menempati urutan pertama yang paling berduit.

Dalam daftar tersebut, lulusan teknik mempunyai rata-rata kekayaan US$25,8 miliar atau setara Rp 382 triliun.

Yang mencengangkan, urutan kedua ditempati oleh mereka yang justru tak mempunyai gelar sarjana, yaitu dengan kekayaan US$ 24 miliar atau setara Rp322,32 triliun.

Lulusan dari jurusan bisnis menempati urutan ketiga dengan kekayaan US$ 22,5 miliar atau setara dengan Rp 302,175 triliun.

Di urutan ke empat dan seterusnya, ditempati oleh lulusan ekonomi, seni, jurusan lain, matematika, keuangan, dan hukum.

Sedangkan, di urutan terakhir atau sekitar 4 persen dari daftar 100 orang terkaya Forbes itu diduduki para lulusan dari jurusan ilmu pengetahuan alam atau sains.

Walaupun menduduki peringkat terakhir, para lulusan jurusan sains berkampanye ke sekolah-sekolah agar para murid lebih giat belajar ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika atau yang biasa disingkat dengan STEM -- Science, Technology, Engineering, and Maths.

Dengan banyaknya siswa yang memilih fokus pada ilmu-ilmu STEM saat ini, diprediksikan akan mengubah sosok miliarder di masa mendatang.

Siswa yang mengambil pelajaran kimia meningkat hingga seperlimanya, sedangkan fisika, biologi , dan matematika meningkat hingga 15, 12, dan 8 persen pada pendidikan A-level -- program studi yang berlangsung selama 2 tahun di Inggris yang setara dengan SMA.

Berdasarkan survei dari Sutton Trust, mereka yang menuntut ilmu di Oxbridge -- Oxford Cambridge, dapat menerima gaji dengan rata-rata 7.600 poundsterling atau setara dengan Rp143 juta.

Walaupun jumlahnya menakjubkan, survei lain menemukan bahwa London Business School lah yang menghasilkan lulusan terkaya.

Gelar Sarjana Bukan Penentu

Berdasarkan laporan tersebut, gelar sarjana bukan penentu seseorang jadi kaya. Faktanya, hampir sepertiga orang terkaya di dunia tidak mempunyai gelar pendidikan tinggi.

Bill Gates, salah satu orang terkaya di dunia dengan kekayaan sekitar US$ 79 triliun, merupakan mahasiswa drop out dari Harvard.

Serupa dengan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, orang paling muda yang masuk ke dalam 100 orang terkaya versi Forbes dengan kekayaan US$ 33,4 triliun.

Amy Catlow, direktur di Approved Index, berkata, “Laporan ini tidak diragukan lagi akan menjadi perdebatan tentang relevansi dan nilai dari sebuah gelar pada saat ini, dan menjadi masukan bahwa jika kita ingin memiliki perekonomi yang berkembang dan beragam, maka perlu mendorong berbagai macam keahlian.”

Fakta terakhir menunjukkan, sejumlah perusahaan besar kelas dunia tidak lagi memperhitungkan tanda kelulusan itu dalam merekrut karyawannya.

Salah satu alasannya, mereka percaya bahwa pemuda pemudi generasi Y lulus dari universitas 'tanpa keahlian sesungguhnya' atau diajarkan hal-hal yang salah selama di bangku kuliah.

Bagi sejumlah perusahaan, kemampuan dan keahlian seseorang lebih berharga dari selembar ijazah.***