JAKARTA - Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan teror di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Kepolisian Republik Indonesia mengamini pengakuan tersebut, dengan menyebut Bahrun Naim sebagai otak serangan menewaskan tujuh orang dan melukai 31 lainnya itu. Naim sekarang berada di Kota Raqqa, Suriah, menjadi salah satu pimpinan komando militan khilafah.

Teror di Sarinah adalah serangan perdana ISIS di Indonesia, setelah beberapa kali sebelumnya media propaganda mereka sekadar mengirim gertak sambal. Metode maupun taktik pelaksanaan teror di jantung ibu kota kemarin diakui pengamat belum pernah terjadi sepanjang sejarah di Tanah Air.

Selepas reformasi Indonesia mengalami beberapa kali insiden terorisme, namun taktik pelaku biasanya melakukan pemboman menyasar sebanyak mungkin korban. Jenis serangan tanpa pandang bulu itu misalnya terjadi pada 12 Oktober 2002 saat bom meledak di Legian, menewaskan 202 orang, disusul kemudian bom mobil di JW Marriot pada 5 Agustus 2003. Lalu setahun berikut, pada 9 September, ledakan mobil mengguncang Kedubes Australia menewaskan sembilan orang.

Serangan di Sarinah sekaligus aksi teror besar dalam setengah dekade, setelah terakhir kali terjadi pada 2009 saat JW Marriot dan Ritz Carlton dibom. Jika ditarik benang merah, nyaris semua aksi teror di Indonesia selepas reformasi dilakukan jaringan Al Qaidah maupun Jamaah Islamiyah.

Salah satu pengamat terorisme yang dihubungi kantor berita Reuters, Kamis (14/1), meyakini serangan di Sarinah dilakukan oleh orang-orang yang sepenuhnya baru. Para perekrut tetap sosok lama dalam kancah radikalisme di Tanah Air, namun para pelaksana lapangan bukan sosok dengan kemampuan mumpuni.

"Rendahnya jumlah korban tewas dalam insiden Sarinah menandakan bahwa militan yang terlibat tidak memperoleh senjata dan pelatihan yang memadai," ujarnya.

Indikator lainnya yang menunjukkan serangan di Sarinah dilakukan oleh militan amatir, terlihat dari kegagalan beberapa pelaku masuk ke dalam komplek gedung Skyline di samping mal Sarinah. Berdasarkan kronologi yang disampaikan aparat, pelaku yang meledakkan pos polisi sebelumnya sempat ditolak masuk di pintu masuk gedung karena tas mereka dianggap mencurigakan.

Kendati begitu, pakar terorisme Sydney Jones, membenarkan penjelasan polisi bahwa Bahrun Naim kemungkinan besar perancang serangan Sarinah. Sudah muncul indikasi akan ada serangan dari pemantauan jejaring sosial para militan.

"Enam bulan terakhir kami melihat peningkatan pembahasan teror di Indonesia," kata Jones.

Berbeda dibanding gerakan Kelompok Santoso atau Jamaah Islamiyah yang reaktif terhadap pemerintah Indonesia, dalam serangan Sarinah kemarin satu-satunya motif pelaku adalah perintah ISIS. Artinya, serangan di Sarinah memang dirancang dari markas besar khilafah.

"Dalam diskusi para militan, tidak ada indikasi mereka merespons kebijakan politik dalam negeri. Hal ini menunjukkan jihadis Indonesia yang bergerak sangat berkomitmen menjalankan agenda ISIS," urai Jones.

Reuters pernah menghubungi Naim pada November lalu melalui saluran telegram, sebutan untuk jejaring sosial para militan yang dienkripsi kode. Saat diwawancarai kantor berita tersebut, pria asal Solo, Jawa Tengah ini membenarkan sedang merancang 'konser' alias aksi teror di Indonesia.

Naim mengklaim di Indonesia ada cukup banyak calon militan yang bersedia mati demi gerakan Daulah Islamiyah. "Cuma butuh waktu yang tepat untuk beraksi," kata Naim saat itu.

Di Indonesia, baru Ansharut Daulah Islamiyah dan Mujahidin Kelompok Santoso yang secara terbuka berbaiat kepada ISIS. Dari kajian S. Rajaratnam School of International Studies, diperkirakan ada lebih dari 1.000 simpatisan aktif ISIS di Tanah Air.

Ceroboh

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Saud Usman Nasution mengatakan teror bom di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta, Kamis (14/1) tergolong bentuk baru. Sebab dilakukan pada siang hari, di ruang terbuka, ledakkan bom bunuh diri, dan memberondong warga dengan senapan.

"Karena mereka sudah mengilhami prinsip jihad yang keras. Pola pikirnya kan sudah di alam akhirat. Keinginannya untuk jihad untuk masuk surga. Dia sudah melupakan kehidupan dia di dunia. Sehingga dia tidak melihat apapun risikonya," kata Saud saat dihubungi merdeka.com, Kamis (14/1).

Meski begitu kelompok penebar teror bom Sarinah tersebut menggelar aksinya dengan cara yang ceroboh. Sebab hanya dalam waktu 4 jam sudah berhasil dilumpuhkan.

"Dia kan sudah belajar cara melakukan penyerangan, itu kan bisa dipelajari dari sosial media. Kemudian juga dia belajar dalam membuat bom. Kemudian juga dia akan mencari Amaliah, target. Menjelang Tahun Baru dan Natal kemarin kan ada banyak target Amaliah, tapi karena aparat siap semua, sehingga tak ada peluang untuk dia," tuturnya.

Saud menduga bahwa teror di Sarinah merupakan tangan panjang dari anggota ISIS, Bahrun Naim. Sebab cara yang dipakai mirip dengan strategi ISIS.

"Itu ada hubungan dengan ISIS. Apalagi kan kelompoknya Bahrun Naim yang ingin menunjukkan bahwa mereka masih eksis dan ingin melaksanakan Amaliyahnya," ujarnya.

Pengamat terorisme Mardigu Wowiek Prasantyo menilai akan muncul teror susulan yang lebih sadis. Dia menduga bahwa gerakan teroris bom Sarinah terorganisir dan perumusan strateginya sudah dianalisis jauh hari.

"Ini adalah sebuah strategi jangka panjang. Ini adalah serangan yang terorganisir. Pasti ada susulan, itu saya tidak ragu. Memang tidak berpengalaman, tapi terorganisir. Mereka bukan 7 orang tapi 70 orang di belakangnya. Sehingga serangan berikutnya mereka sudah belajar. Ini jauh lebih berbahaya," ungkap Mardigu.

Dia juga menyayangkan ketika teroris menyerang beberapa gedung di kawasan Sarinah, warga justru berkerumun ke luar gedung untuk menonton aksi polisi melumpuhkan teroris. Seharusnya menurut Mardigu, masyarakat diberikan bekal untuk mengantisipasi dan membela diri.

"Masyarakat Indonesia benar-benar tidak ada sense of crisis. Begitu ada tembak-tembakan dia keluar mendekat, bukannya lari. jadi kalau mati banyak bukan karena mereka nembak, karena orangnya pasang badan. Itu yang mengerikan jika terjadi lagi, ada tembak-tembakan orang-orang malah selfie," pungkasnya.***