JAKARTA - Tiga bulan masa kampanye pasangan calon presiden dalam Pilpres 2019, baik kubu Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga belum menunjukan program-program andalannya dalam memikat hati pemilih.

Pengamat politik dari Universitas Jenderal Achmad Yani, Arlan Siddha mengatakan, kubu Prabowo saat ini masih sibuk mengkritik pemerintahan Jokowi tetapi belum mampu menyodorkan solusinya.

''Hal-hal yang disampaikan baik oleh Jokowi dan Prabowo masih belum terlihat muncul perang program,'' ujar Arlan Siddha kepada Tribunnews.com sebagaimana dikutip GoRiau.com, Jumat (21/12/2018).

Jokowi dan Prabowo juga masih membangun basis suara di beberapa wilayah. Karena itu, agenda yang terjadi masih sibuk dengan deklarasi relawan di daerah.

Akibatnya banyak masyarakat belum mengambil keputusan pilihan. ''Hemat saya perang program akan mulai muncul pada debat pertama di bulan Januari nanti,'' prediksinya.

Namun dia menilai, sangat rugi pasangan Prabowo-Sandi masih belum menyampaikan program-program unggulannya kepada publik, sebagai pembanding petahana di sepanjang 2018.

''Pada kampanye yang dibangun oleh Prabowo belum terlihat arah program Indonesia kedepan terutama program-program unggulan yang paling tidak bisa menjawab kekekurangan pemerintah sekarang,'' ujar Arlan Siddha.

Selain itu, dia melihat Prabowo juga acapkali mengutarakan pernyataan-pernyataan yang kemudian menjadi kontroversi.

Hal ini menurut dia, bisa menjadi bumerang, semisal tentang Indonesia bubar atau Indonesia punah. Mesin partai politik koalisi Prabowo juga dinilai, masih belum solid. Terbukti dengan banyak partai pengusung di tingkat daerah pindah haluan ke petahana.

Sedangkan untuk pasangan petahana, dia mengungkap, evaluasi meliputi program yang sudah dibuat Jokowi harus bisa tersosialisasi sampai tingkat akar rumput.

Karena sejauh ini menurut dia, sosialisasi masif terhadap hasil kerja dan program-program pro rakyat Jokowi selama memerintah masih belum sampai ke masyarakat di desa-desa.

Meskipun partai pendukung sudah solid di beberapa daerah, namun dia menilai, mesin partai belum maksimal bergerak untuk mengampanyekan dan menepis isu hoaks yang ditujukan kepada Jokowi.

Selain itu menurut dia, Jokowi masih perlu ketegasan dalam penyampaian program karena banyak masyarakat yang belum tahu program mana yang sudah dikerjakan dan belum selama 4 tahun ini.

Lebih jauh ia juga memberikan rekomendasi untuk Jokowi dan Prabowo dalam merebut pemilih milenial yang belum terserap secara maksimal sepanjang 2018.

Dia berharap baik Jokowi maupun Prabowo benar-benar membikin strategi khusus untuk menarik perhatian pemilih milenial yang jumlahnya relatif banyak di Pilpres 2019.

Selain itu, elektabilitas Jokowi yang masih unggul dibanding Prabowo di beberapa wilayah, perlu menjadi perhatian khusus bagi pasangan nomor urut 02. Terutama pada mesin partai.

Sementara Jokowi, dia memberikan saran, jika ingin bertahan pada elektabilitas tinggi, perlu garapan serius terutama milenial.

"Harapan saya terakhir isu SARA sebisa mungkin bisa dicegah untuk dimainkan oleh kedua capres. Bagaimanapun isu tersebut sangat sensitif dan bisa memecah belah NKRI," katanya. ***